Pantai Batu Nenek, Desa Temajuk Sambas

Menikmati keindahan Desa Temajuk di sore hari bisa dilihat dari bibir Pantai Batu Nenek ini, suasananya sangat terasa cerah dengan warna langit yang orange ditambah dengan kicauan burung-burung yang hendak pulang ke rumahnya. Maka dari itu jika kalian ada disini kalian harus siapkan kamera, dan foto sebanyak mungkin untuk mengambil gambar.

Baca dulu: Desa Temajuk, Surga Kecil di Ujung Barat Pulau Kalimantan Part 1

Aku pikir  ini adalah akhir dari perjalanan aku di Desa Temajuk, karena akhir dari keletihan, akhir dari keputus-asa-an kemarin sudah terbayarkan ketika melihat indahnya sunset di Desa Temajuk.

Melihat teman-teman sibuk mengabadikan moment yang apik ini seakan-akan kami lupa bahwa kemarin perjuangan berat bisa sampai disini dan besok harus kembali lagi ke Pontianak, lagi-lagi keindahan ini buat aku tak ingin pulang ke rumah, aku bersyukur banget bisa melihat keindahan alam di ekor Borneo ini.

Aku sempat berpikir kenapa daerah ini dinamakan Temajuk ?? sehari sebelum aku berangkat ke Temajuk ini aku sempat googling tentang desa yang indah ini.

Jadi menurut www.goodnewsfromindonesia.id Temajuk (dulu seringkali disebut Tanjung Bendera) mulanya adalah sebuah daerah yang paling dekat dengan Tanjung Datok, titik terluar Indonesia. Tanjung Bendera langsung berhadapan dengan Laut Cina Selatan dan kepulauan Natuna.

Berkat letaknya ini, Tanjung Bendera dulu merupakan pintu masuk orang-orang Komunis dari Cina. Dari sana, disebutlah nama daerah tersebut sebagai Temajuk atau kepanjangannya β€œTempat Masuk Jalur Komunis”.

Temajuk dahulu sangat terisolir hingga orang hanya bisa mengakses Temajuk lewat jalur laut. Sebelumnya, Tapal Batas juga menjadi masalah karena titik perbatasan Indonesia-Malaysia seringkali bergeser ke arah Indonesia tanpa sepengetahuan penduduk.

Berkat tereksposnya berita ini, berbondong-bondong orang dari Sambas, Natuna, Riau, bermigrasi ke Temajuk sehingga wilayah ini menjadi lebih ramai dan mudah dalam penjagaan batasnya.

Sunset di Pantai Batu Nenek

Kini Temajuk yang dulunya adalah daerah konflik telah berubah citranya menjadi daerah pariwisata, selain tentunya menjadi daerah yang makin ramai dan ditakuti oleh negeri tetangga.

Temajuk dengan penduduknya yang kian sejahtera menjadi garis terdepan pertahanan bangsa, yang tanpanya, entah apa jadinya ujung negeri kita kini.

Berkunjung ke Pantai Temajuk, selain melunturkan keluh, ternyata juga menumbuhkan semangat untuk turut berjuang bagi bangsa ini. Bahwa keindahan, kecantikan, keutuhan negeri yang kita nikmati saat ini adalah hasil tumpah darah puluhan ribu orang yang ikhlas berjuang untuk negeri.

Maka, tidak ada alasan lagi untuk bermalas-malas dan berdiam diri. Maka, ketika sudah singgah dan rehat sejenak di Pantai Batu Nenek Desa Temajuk ini, teruskan perjalanan ke Temajuk lagi, karna masih banyak tempat yang akan membuat kamu terlena untuk lebih lama dan lama lagi di Temajuk.

Setelah puas menikmati surga kecilnya pantai, kami langsung bergegas kembali ke penginapan (rumah makteh) karena hari sudah mulai gelap. Mengingat perjalanan pergi yang membutuhkan waktu sehari semalam, begitu juga pulangnya. Maka dari itu, malam hari kami harus packing barang-barang dan mempersiapkan diri untuk pulang ke Pontianak karena seninnya kembali kerja.

What, Bang Ibed Sakit???! *ini serius

Saat malam itu ada yang sesuatu aneh dengan Bang Ibed, tiba-tiba muka Bang Ibed keliatan pucat, ternyata dia sakit. Hah? setelah diingat-ingat tadi siang dia makan udang, dan akhirnya dia benar-benar  kena alergi gara-gara makan udang lopster.

Ternyata pas pulang ke penginapan dari rumah terbalik tadi siang bang Ibed udah muntah-muntah, waduh!! nah saat itu aku sempat agak panik. Ntar siapa yang bawa motor buat pulang besok? dengan seenaknya dia bilang kalau aku yang boncengin dia besok pulang ke Pontianak, haha jahaatt…. masa iya aku yang boncengin dia, bisa-bisa sampe Pontianak nya hari selasa.

Kami membiarkan bang Ibed istirahat lebih awal dan berharap bisa sehat kembali besok paginya. Sedangkan yang lain sudah siap dengan packing-an nya.

Pas paginya (16/4) sekitar pukul 6 pagi, syukurlah bang Ibed sudah sehat, mungkin dari kejadian itu dia kapok karena gak bagi-bagi dan tidak pernah lagi makan udang lopster, hahaha. Pagi itu cuaca sangat tidak mendukung, hujan mengguyur cukup lama di tempat kami.

Sehingga kami harus nunggu sebentar dan ke warung makteh untuk pamitan. Namun pas di warung maktehnya gak ada. Karena masih hujan, kami nunggu lagi.

Karena lumayan lama nunggu, sambil ngobrol-ngobrol kecil di warung makteh aku melihat seorang yang sepertinya asik menata sebuah tanaman seperti pohon. Aku datangin deh orang itu, yaampun orang tersebut ramah banget. Penasaran apa yang dilakukannya aku tanya-tanya deh.

Namanya Pak Madi, dia adalah seorang Petani Pohon Sengon. Jadi, Sengon atau Albizia chinensis adalah sejenis pohon anggota suku Fabaceae. Merupakan pohon peneduh dan penghasil kayu, buahnya mirip seperti kacang polong berukuran besar atau kayak buah petai dengan ukuran kecil.

Pohon Sengon

Nah yang aku pegang ini adalah Bibit Pohon Sengon yang baru berumur dua bulan. Pak Madi akan membawanya ke lahan buat ditanam. Dia antusias sekali pas ditanya-tanya mengenai manfaat, misalnya selain dijadikan bahan kertas, juga bermanfaat untuk keseimbangan ekosistem alam di Kalimantan tentunya.

Pak Madi bilang menanam pohon bukan cuma semata-mata dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi saja tapi juga bermanfaat untuk kehidupan anak cucu kita kelak. Aku bangga banget sama Pak Madi, jangan cuma Pak Madi kita semua juga harus seperti Pak Madi. Banyak sekali yang ingin aku tanya dan ceritakan kembali, namun teman-teman yang lain sudah mulai ngajak pulang agar tidak telat sampai rumah.

Tepat pukul 07.01 aku kembali ke warung makteh, dan berkumpul dengan yang lain untuk berdoa sebelum pulang dan pamitan sama keluarga bang Dedy. Foto dulu yaa di warung makteh, sekali lagi makasih banyak makteh… we love you makteh… #bighug

Izin Pulang

Oke, perjalanan pulang pun dimulai. Gak afdol rasanya jauh-jauh ke Desa Temajuk kalau belum berfoto di Tugu NKRI Desa Temajuk bareng rombongan walaupun cuaca mendung, aku sampai rela ngeluarin handphone demi ambil dokumentasi untuk melengkapi isi artikel di blog ini dan beberapa video di Tugu NKRI Desa Temajuk.

Tugu NKRI

Perjalanan pulang ke Pontianak kami menggunakan jalur yang berbeda dengan saat pergi, kalau kemarin perginya ada lewat penyebrangan kali ini gak sama sekali. Walaupun waktu yang ditempuh lebih lama daripada waktu pergi kemarin tapi kami banyak banget dapat bonus, apa aja nih bonus yang kami dapatkan. Yuk baca terus tulisan aku di artikel ini, masih gak capek baca kan ya? πŸ˜ŠπŸ˜ŠπŸ˜Š

Jalannya

Jeeeennggg…. ini adalah bonus pertama yang kami dapat, yak jalan lumpur tanah kuning yang super licin dan lengket-lengket di ban, sepatu, celana bahkan tas kami. Pokoknya berasa banget offroad nya. Meski jalan kaki mah disini, tapi ini masih belum seberapa karena masih ada track yang super extrim lagi di depan sana.

Nyesel pake sepatu putih
Keadaan motor

Perjuangan melewati jalan seperi ini terus berlanjut sekitar kurang lebih dua jam, perjalanan kami mengarah ke sebuah penyebrangan dipertigaan belok kanan *mungkin itu penyebrangan yang kemarin kita datang. Pas sampai di penyebrangan, ternyata bukan ini penyebrangan yang kami maksud.

Waduh kita salah jalan, penyebrangan tersebut merupakan transportasi daerah TNI di sebuah anak sungai daerah Sambas, yaampun kita musti balik lagi untungnya gak jauh. Oke berarti kita lurus di patokan pertigaan tadi. So, bisa dibilang ini adalah bonus yang kedua.

Salah jalan

Lanjut lagi? ya! kita harus lanjut lagi karena hari makin siang. Tak jauh dari persimpangan, ada jalanan berbatu dengan view bukit yang diselimuti awan halus. Eh, kita stop dulu deeehhh… ambil gambar dulu yuk, dan beberapa video. Sampai disini jalan sudah bagus, walaupun berbatu mesti harus hati-hati soalnya masih belum keliatan ada rumah penduduk.

Jalan agak berbatu

Gak lama-lama lagi disini, jalan tanah kuning plus lumpur-lumpur nya silih berganti ketemu mulu, kami para penumpang harus turun dan berjalan kaki lagi.

Beberapa motor gak bisa nanjak harus didorong oleh beberapa teman, jadi motornya harus satu-satu didorong dengan ramai, saat sudah dilokasi yang aman perjalanan dilanjutkan kembali. Percaya gak percaya kejadian itu berulang-ulang sekitar kurang lebih empat jam.

Tanah kuning lagi
Bukit yang dibelah

Capek? jangan tanyakan lagi jelas banget capeknya, karena bang Ibed kesulitan bawa motor sebab ada cerier di depannya jadi si cerier yang gede’ aku yang bawain katanya sih sampai jalan aspal baru gantian bawa cerriernya, tapi kok jalan aspalnya gak sampai-sampai sih, hahahahha…

Walaupun gak berat-berat amat tapi tetep lebih berat cerrir nya daripada tas yang aku bawa. Untungnya kita ketemu persinggahan rumah warga ada warungnya juga, di Desa Sungai Bening Kecamatan Sajingan, sekitar pukul 11.04 jadi kita istirahat dulu, minum es, makan roti, ngobrol-ngobrol sama penduduk disana.

Untuk mengunjungi tempat yang indah memang butuh proses, gak ada yang instan. Mie Instan aja mesti direbus dulu baru enak dimakan. – Bang Ilham

Menurut pemlik warung yang kita singgahi tadi, kalau jalan jeleknya gak jauh lagi kok. Setelah mobil truk itu *sambil nunjuk truk yang keliatan di tepi jalan, kalau jalannya udah bagus lagi.

Wahh… bearti bentar lagi sampai, perjalanan pun dilanjutkan. Ternyata memang benar, jalannya gak jelek lagi tapi masih belum nemu aspal dan belum jalan jauh banget udah ketemu lagi jalan jeleknya, malah pas ada jembatan ada mobil yang amblas.

Bantuin mobil bannya terpesorok

Mobil toyota hilux putih yang amblas di jembatan sedikit menghalangi perjalanan warga lainnya yang melintas termasuk kami. Tanpa basa-basi lagi Bang Dede dan Bang Zul serta warga lain turun bantu dorongin mobil tersebut dan akhirnya berhasil! jiwa sosial mereka patut diacungi dua buah jempolll… keren!

Sebenarnya Bang Ibed dan Bang Dedy juga turun bantuin tapi mereka malah ke pergi ke arah bawah jembatan buat cuci kaki *yaeelaahh… “wah udah kelar ya mobil amblas nya? padahal mau bantuin juga…” telat bang telaaatt banget.

Udah? kelar? beluuummm… kita lanjutkan perjalanan di Sajingan nya, setelah melewati beberapa track yang tak bisa saya ceritakan semua kini ada track yang paling extrim yaitu tanjangan dengan kemiringan hampir 50 derajat sekitar 400 meter.

Lanjut lagi
Semangat bang Ajid!

Yang naiknya pakai motor udah sampe di atas duluan, sedangkan kami (Ajid, Laras, Mery, Fahria, Iin dan Aku) mesti jalan kaki. Untung ada bang Ajid, walaupun dia sedikit pendiam gak banyak ngomong tapi dia yang nungguin kita karena capek banyak berhentinya hehe, pas haus dia juga yang bawain minum, pas gak mau jalan lagi liat muka bang Ajid beh semangat lagi, adem ayem gituh *makasih bang Ajid… ditambah bonus pemandangan dari atas sini bagus banget.

Ngos-ngosan iya. Tapi bahagia banget kalau sudah di Puncak, kayak nemuin ibu-ibu jual indomie double pakai telor. Alamnya bener-bener bikin orang gak mau pulang.

Akhirnya sampai di atas, ketemu mereka semua lagi. Alhamdulillah kita dapat kabar baik kalo jalan aspalnya gak jauh lagi sekitar lima menit dari lokasi kita. Rasa lelah abis nanjak, seolah-olah hilang ditambah view bukit-bukit bertutupan awan masih keliatan padahal hari sudah sangat siang sekitar pukul 12.30.

Tanpa basa-basi lagi teman-teman ada yang mengabadikan momen ini. Wah ini sudah bonus keberapa ya? aahh sudahlah pokoknya banyak banget dah kita dapat bonus disini.

Ketinggian

Kata Bang Ajid, trip kali ini merupakan trip paket lengkap. Iya, lengkap pantai dan lautnya dapat, kebun dan bukitnya juga dapat, bagunan unik bahkan wisata kuliner ikan pari dan lopsternya juga dapat. The best trip lah kata Bang Ibed.

Perjalanan pulang pun dimulai, eh tunggu dulu tadi bukannya jalan pulang ya? haha, iyaa sih tapi anggaplah tadi itu bagian dari petualangan liburan kami di Temajuk Sambas. Kami mulai perjalanan pulang pukul 13.10 menuju ke Sekura, Kota Sambas, Pemangkat, Tebas, Singkawang, Mempawah dan akhirnya Pontianak.

Banyak sebenarnya yang terjadi selama perjalanan pulang ini, akan aku ceritakan mungkin di postingan selanjutnya. Alhamdulillah kami semua sampai di Rumah masing-masing dengan selamat sehat wal afiat.

Traveling itu merupakan pengeluaran yang justru bikin tambah kaya. Kaya pengalaman, cerita dan teman.

Terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas anugerah alam yang diperlihatkan kepada kami lagi. Terima kasih orang tua di rumah yang udah memberi kepercayaan buat pergi beberapa hari, serta terima kasih kepada semua teman-teman perjalanan trip ke Desa Temajuknya udah ngasi semangat terus.

Terima kasih djelajah_borneo dan makteh di Temajuk. Terima kasih semuaaaanya, semoga kita dipertemukan di trip selanjutnya. Amiin.

Bonuss… Bang Ajid Tidur, wkwkwk… piss bang jid

Intip video perjanan kita ke Desa Temajuk yuk, jangan lupa like, comment, share and subscribe ya… thank you!

Share this post:

21 thoughts on “Pantai Batu Nenek, Desa Temajuk Sambas

  1. wow ini baru namanya jalan-jalan yang bener jalan-jalan. sesungguhnya jalan-jalan yang asyik itu ialah menikmati perjalanannya. ah ngongong apa sih aku hehe. yg jelas keren dan salut lah mbak.

  2. Wah seru… Sering dengar nama lokasi ini tapi belum sempat untuk menjejakkan kaki kesana. Insya Allah ada waktu dan kesempatan akan kesana. Salam Blogger, tetap semangat ya… πŸ™‚

  3. Ingin kesana, insyallah idul fitri tahun ini bakal kesana sama teman2. Mau tanya disana bisa snorkling ga?

Leave a Reply to Err Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *