Choi Pan Tho Ce Kawasan Rumah Tradisional

Bicara soal kuliner khas Kota Singkawang satu ini membuat saya membayangkan betapa gurihnya sajian Choi Pan (菜粄) yang saya icip beberapa waktu lalu. Kuliner jenis dimsum yang dikukus, dengan taburan minyak bawang putih ini di dalamnya berisi tumisan sayur, berkulit tipis terbuat dari tepung beras, rasanya yang enak dinikmati selagi hangat di rumah makan rasa rumahan. 

Bagi kamu yang pernah menonton film Aruna dan Lidahnya pasti pernah melihat salah satu scene sajian kuliner ini.

Iya, karena mereka syuting disini di Choi Pan Tho Ce Kawasan Tradisional Rumah Keluarga Marga Tjhia Kota Singkawang, tapi saat di film terlihat mereka kulinerannya malam hari ya, ternyata untuk menikmati sajian Choi Pan ini tidak bisa malam hari, karena hanya buka dari pukul 08.00 sampai 17.30 saja. 

Kawasan ini memang menarik untuk dikunjungi selain sebagai tempat yang kental dengan kebudayaan Tionghoa yang masih terjaga hingga saat ini, kawasan yang ditetapkan sebagai Cagar Budaya Rumah Tradisional ini juga tak pernah sepi soal kuliner Choi Pan yang sudah sangat terkenal.

Ini adalah kali ketiga saya datang dengan niatan untuk mencicipi kuliner legendaris ini, dimana sebelumnya saya datang diwaktu yang salah yaitu saat hari pertama Imlek (yaa kali mereka kan juga ingin merayakan hari besarnya bersama keluarga inti, lah saya siapa… keluarganya? 🙈). Kedua kalinya saya datang ternyata sudah kesorean, ya pasti sudah habis dong 😭.

Next time kalau datang lagi, ni Choi Pan ga boleh lolos lagi pokoknya! Kembaran saya itu si Dian Sastrowardoyo saja sudah pernah makan disini, masa iya saya belom. And Finally! Tanggal 5 Desember 2021, dimana saya datang lebih pagi bersama tiga teman di Singkawang, bahagia sekali karena akhirnya bisa makan disini.

Selama ini sebagian besar orang mengenal kuliner Choi Pan disini bernama Choi Pan Singkawang Marga Tjhia, sebenarnya nama khusus kulinernya adalah Choi Pan Tho Ce, lokasinya ya memang di dalam kawasan cagar budaya Rumah Keluarga Marga Tjhia Kota Singkawang, dan sudah ada sejak tahun 1979.

Choi Pan Tho Ce Kawasan Rumah Tradisional Sejak 1979
Belum makan saja sudah bahagia sekali, karena banyak spot bunga bougenville yang warna-warni di depannya.

Karena sudah sangat terkenal, tentu ramai dong yang datang, jadi beberapa tempat duduk terlihat penuh. Untungnya ada petugas yang membantu kami dan semua pengunjung yang datang untuk dicarikan meja dan kursi yang cocok.

Maklum, sebagian besar orang yang datang selalu rombongan bersama keluarga, teman atau kerabat. Itu sebabnya sudah disediakan halaman parkir yang cukup luas. Yahh, memang ada baiknya kalau datang kesini kamu juga ajak teman sih, jangan sendirian ntar dikirain jomblo, hehe becanda mblo 🤭.

Tampak depan lokasi Choi Pan Tho Ce Singkawang

Pilihan tempat duduknya ternyata ada banyak loh, meskipun terlihat sempit kalau dari luar, tapi di dalamnya luas banget. Ada yang meja panjang, pendek bisa disambung-sambung di teras, lesehan di gazebo, meja bundar di bawah pohon, bahkan di dalam ruangan bak meja makan rumah pribadi juga ada!

Karena kami hanya ber-empat, kami memilih lokasi meja di teras samping bagian luar, area terbuka tepat di tepi kolam ikan, alasannya selain lebih cozy dan kalau mau foto-foto cahayanya bagus gitu, hehe. Tak perlu menunggu lama Choi Pan pesanan kami akhirnya tiba. 

20 Choi Pan isi Bengkuang + 5 Choi Pan isi Kucai (Harga Rp.2.500,-/biji)
Choi Pan (bahasa Hakka) atau Chai Kue (bahasa Tiochiu), kalau diartikan kue yang berisi sayur di atas nampan

Menu utama yang kami pesan sudah pasti Choi Pan, favorit saya isi bengkuang, jadi saya pesan dalam jumlah yang lebih banyak. 25 biji Choi Pan ini untuk makan ber-empat cukup lah ya, update terbaru harga Choi Pan Singkawang ini adalah Rp.2.500,- per biji (tidak ada minimum order, asalkan jangan beli setengah biji aja).

Ukurannya terbilang cukup besar, dan mereka bisa memproduksi lebih 1000 Choi Pan sehari. Karena choipan halal dan disukai hampir semua kalangan, jadi jika kamu datang saat high season jangan heran kalau ramai sekali disini.

Choi Pan, dilihat dari bentuknya, sekilas kuliner ini memang mirip pastel atau korket, tapi tidak digoreng melainkan dikukus layaknya dimsum. Kulit Choi Pan ini juga cenderung tipis dan lembut, nyaris transparan sampai kelihatan isi dalamannya karena terbuat dari tepung beras.

Cara makannya bukan langsung di piring besar ini ya, tentu harus diambil satu per satu ke piring kecil dengan sumpit yang sudah disediakan di meja masing-masing, bisa tambahkan cabe atau kecap sesuai selera.

Makan Choi Pan isi bengkuang di atas piring kecil pake sumpit

FYI, kuliner hidangan khas Tionghoa ini punya dua sebutan nama loh, yaitu Choi Pan dan Chai Kue. Apa bedaya? Gak ada bedanya kok, kalau diartikan sama-sama kue yang berisi sayur. Hanya beda bahasa saja, Choi Pan (菜粄) sebutan dalam bahasa Hakka, sedangkan Chai Kue (菜粿) sebutan dalam bahasa Tiochiu. 

Selain di Singkawang, Choi Pan atau Chai Kue juga bisa kamu temukan di beberapa daerah lainnya di Indonesia yang memiliki komunitas Tionghoa seperti Pontianak, Bangka Belitung, dan Medan (di Medan namanya Chai Pao, tapi digoreng). Tentu dengan beragam variasi isinya seperti talas/keladi, ebi kukus, jamur, kari ayam, kacang kedelai, dll.

Choi Pan Tho Ce punya Choi Pan spesial sebagai menu andalannya dengan tiga pilihan isi yaitu Bengkuang, Kucai, dan Rebung. Semuanya tersedia setiap hari, tapi khusus isian Rebung hanya ada setiap hari Kamis sampai Sabtu saja. 

Bongko (Rp.15.000,-/porsi)

Di sini kami juga memesan Bongko satu porsi. Bongko adalah sejenis dissert yang terbuat dari tepung beras, olahan ubi, dan daun pandan. Disajikan dalam bentuk potongan persegi panjang, dengan gula merah leleh yang kental, serta diberi toping kelapa parut di atasnya.

Oh iya, disini ada juga menu makanan lainnya yaitu Lumpia (isi bengkuang dan ketang), Ebi Talam, Rujak Buah, Sop Ikan Teri, Nasi Goreng, dll. Semuanya kuliner tradisional, kalau mau dicoba satu per satu pasti ga sanggup lah sehari.

Belum lagi jajanan tradisional lainnya, seperti: nastar, kacang goreng, manisan, permen-permen jadul, nam mong, air tahu, air sasi (sarsaparilla), kue kantong semar, es kacang hijau, dan masih banyak lagi.

Nastar (Rp.2.500,-/biji)

Beruntung saya bertemu abang penjual es krim dengan sepeda, lengkap dengan bunyi trompet (klakson bel) yang seolah memanggil, es krim dengan roti ini mengingatkan saya dengan jajanan saat masa kecil dulu.

Tapi ini bukan masuk dalam daftar menu kuliner yang ada di Choi Pan Tho Ce ya, karena penjualnya datang sendiri, ngetem di dekat tempat parkir dan ga bisa diprediksi keberadaannya, alias kadang ada kadang ngga. Eh, gimana.

Es Krim Roti Mamang Gerobak (Rp.5.000,-)

Waktu terbaik untuk datang ke Choi Pan Tho Ce Singkawang ini adalah setelah jam makan siang, yang cenderung lebih sepi. Setelah makan kamu juga dapat menikmati beberapa bagunan kuno di sekitar Kawasan Tradisional Marga Tjhia, untuk sekedar ber swa-foto, atau melihat sedikit peninggalan/sejarah perjalanan Xie Shou Shi (Tjhia Siu Si) sebagai pendiri pertama kawasan ini.

Gimana, setelah membaca artikel ini apakah kamu tertarik untuk datang ke Kota Singkawang? Pastikan kamu tidak melewatkan menu Choi Pan disini ya! Percaya deh, rasanya yang gurih dan ringan membuat kita lupa sudah makan berapa banyak.

Perlu kamu ketahui Choi Pan Tho Ce ini tidak ada buka cabang di mana pun dan tidak tersedia di aplikasi Go Food, Instagram, Facebook, dan lain-lain. Kalau mau booking tempat atau bungkus untuk dibawa pulang, bisa hubungi WA 081256733302 atau datang langsung ke lokasi di Kawasan Tradisional Marga Tjhia, Jalan Budi Utomo, Gang Tradisional Nomor 45, Condong, Singkawang Tengah, Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

Share this post:

22 thoughts on “Choi Pan Tho Ce Kawasan Rumah Tradisional

  1. Foto2 makanannya bikin ngiler kaaak. Aku suka banget nih dimsum tp yg kayak gini emang harus coba langsung ke Singkawang kayaknya. Duh jadi pgn segera kabur dari rumah utk traveling nih. Ayo donk pandemi. Lekas hilang kau. Biar aku lekas cpba Choi Pan Tho Ce ini. Huhuhu..

  2. Mupeng bangeet kak Siti lihat choi pan-nya. Beruntung ih kamu kak udah pernah ke Singkawang, ini salah satu keinginanku sih, surga kuliner hahaha. Semoga bisa ke Kalbar jugaa secepatnya

  3. Kak muuusss iri deh sama kamuu bisa jalan2 dan menikmati kulineran nusantara hihi.
    Kerennn banget lagii gambar dan foto2nyaa.
    Pengen mampir kesini jg jadinya kayak kehipnotis sama cerita dan fotonya haha

  4. Iya nih pas lihat Aruna dan lidahnya tuh rasanya ngiler banget sama kulinerannya. Dan aku juga suka banget choi pan. Pengen banget kalo ada yang ngajakin ke Singkawang hehehe.

  5. Kayaknya Singkawang harus masuk dalam list traveling aq deh, banyak tempat kece trus makanan yang belum ada dijual di daerahq kak

  6. Terbaiikk~
    Aku suka makanan dimsum dan rasanya ingin ikutan mencicipi makanan kembaran kak Siti. Hihii~
    Sudah kece banget pose diantara bunga – bunga bougenville yang berwarna-warni indah.

  7. Hasyeeekkkk kembaran Dian Sastro lewattt. wkwkwk
    Duh ini menggiurkan banget sih. Aku bw malam-malam lalu ngiler, nah lhooo gimana atuh ini …. wkwk
    Kuliner Singkawang emang yahud sih

  8. Sebagai bakulan dimsum, aku langsung terpesona dengan tampilan choi pan ini. Jadi langsung gugel nyari resepnya hihi.. Dan konsep rumah makannya menarik sekali. Duh, semoga diberikan rezeki buat punya tempat kayak begitu, yaa. Aamiin.

  9. Ya ampun kangen bgt Singkawang. Aku pernah ke sana thn 2018, ketemu sama temen lama. Bahagia bgt 3 hari di sana. Kulinernya enak semua termasuk Choi Pan ini tapi aku makan Choi Pan bukan di tempat ini. Nanti kalo main ke sana lagi, mau mampir ke tempat ini deh

  10. ngga ada pesanan minimal, asal jangan pesen setengah biji aja, wuahaahh… lucu..

    Emang bener ya, kalau diliat2 bentukan luarnya kayak choi pan tho. Itu dari sajiannya jadi pengen nyobain juga

  11. Dari bentukannya gak asing banget, di tempat tinggal aku ada nih makanan ini. Aku tinggal di belitung, pernah nyoba sekali dan enak banget sih.. bikin nagih.

  12. Tempatnya bagus dan khas banget. Apalagi makanannya. Ini sesuatu yang jarang bisa ditemui di tempat lainnya. Jadi perlu mencoba semua makanan di sana dan memoto sebanyak-banyaknya.
    Bagus juga jika plus wawancara dan tahu sejarahnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *