Lahan Gambut, Spons Dunia Penjaga Hidup Kita

Bicara soal gambut, masih ingat kan pelajaran geografi di sekolah dulu? Kalau tidak salah, kita pernah belajar tentang macam-macam hutan, tanah, dan aktivitas serta fenomena alam lainnya, salah satunya adalah lahan gambut. Nah, tahukah kamu elemen lahan gambut ini bisa berperan seperti spons dan punya segudang manfaat?

Sebelum lebih jauh, saya ingin memberi pengertian tentang gambut agar kita bisa satu ritme.

Menurut Pantau Gambut, gambut adalah lahan basah yang terbentuk dari timbunan materi organik yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan dan lumut, serta jasad hewan yang membusuk. Timbunan ini kemudian menumpuk selama ribuan tahun dan membentuk endapan yang tebal. 

Hutan Gambut di Kapuas Hulu (Bukit Kedungkang Kapuas Hulu, Dok. Pribadi)

Lahan yang basah dan banyak mengandung karbon di bawahnya adalah karakteristik gambut yang ideal. Oleh karena itu, gambut mudah ditemukan di area genangan air seperti rawa, cekungan, di antara sungai, hingga pesisir.

Apabila kita mengenal unta sebagai binatang yang pandai menyimpan cadangan air, di bumi, ada pula gambut yang pandai menyimpan karbon. Gambut memiliki dua kali lebih banyak karbon dari hutan tanah mineral yang ada di seluruh dunia. Inilah alasan gambut sering dijuluki sebagai spons dunia

Di dunia, Indonesia bukanlah satu-satunya yang memiliki lahan gambut. Posisi Indonesia berada di peringkat ke-4 dengan lahan gambut seluas 15-20 juta hektar. Yang pertama ada Kanada, Rusia, kemudian Amerika Serikat.

Meskipun “hanya” di posisi ke-4, lahan gambut Indonesia merupakan rumah dari 30-40 ribu spesies pohon tinggi. Ini sudah sebanyak 13-15% dari 258.650 spesies pohon tinggi yang tercatat di dunia.

Selain itu, gambut Indonesia juga menjadi habitat asli 35 spesies mamalia, 150 spesies burung, dan 34 spesies ikan. Beberapa fauna yang ada di gambut Indonesia merupakan spesies endemik. International Union for Conservation of Nature (IUNC) pun turut melakukan perlindungan dengan memasukkan beberapa jenis satwa dalam pendataan. Sayangnya, ada beberapa fauna di gambut Indonesia yang masuk ke dalam red list IUNC seperti buaya senyulong, langur, orangutan, harimau sumatera, beruang madu, dan macan dahan.

Posisi keempat juga sudah cukup berkontribusi untuk menjadi surga karbon dunia. Sebab, lahan gambut Indonesia menyimpan setidaknya 53-60 miliar ton karbon dan membuat kawasan lahan gambut Indonesia sebagai salah satu kawasan utama penyimpan karbon dunia. Kemampuan ini satu tingkat di bawah hutan hujan Amazon yang dapat menyimpan 86 miliar ton karbon.

Keunikan lainnya ada pada lahan gambut yang terletak di Kalimantan. Terdapat penelitian yang menyebutkan lahan gambut tropis tertua di dunia berada di pedalaman Kalimantan. 

Peneliti memperkirakan lahan gambut ini telah terbentuk sejak 47.800 tahun yang lalu. Lahan gambut di Kalimantan ini juga memiliki lapisan yang sangat dalam, yakni 18 meter. Ketinggian ini setara dengan bangunan tinggi 6 lantai.

Kemampuan Lahan Gambut untuk Membahagiakan Kita

Apa sih yang bikin kita bersyukur dan bahagia hari ini? Dalam kondisi pandemi seperti ini, rasanya menjadi hidup adalah satu hal yang kita amini. Dapat menghirup udara segar, makan cukup, dan alam yang terjaga, sudah dapat membuat hidup kita bahagia lahir batin. 

Dengan karakteristik yang luar biasa seperti ini, dapat kita bayangkan lahan gambut memiliki sejumlah peran yang penting untuk kehidupan kita. Beberapa peranan lahan gambut yang tak ternilai adalah:

1. Mengurangi dampak Bencana Banjir dan Kemarau

Daya serap gambut yang tinggi membuat gambut berfungsi sebagai tandon air. Gambut dapat menampung air sebesar 450-850% dari bobot keringnya.

Dengan karakter tanah yang pandai menyerap air, gambut dapat mengurangi beban bencana banjir di area sekitarnya. Pada musim kemarau, ketika tanah lebih kering, gambut dapat lebih mendinginkan area karena dia memiliki cadangan air yang melimpah.

2. Menunjang Perekonomian Masyarakat Lokal

Flora dan fauna yang hidup di lahan gambut sangat beragam. Beberapa diantaranya cenderung termasuk satwa eksotis karena kaya warna dan unik. Banyak masyarakat lokal di sekitar gambut yang memanfaatkan beberapa satwa untuk menjadi salah satu sumber pangan dan hasil lahan gambut non-kayu untuk pendapatan.

3. Habitat untuk Perlindungan Keanekaragaman Hayati

Di atas telah saya sebutkan bahwa terdapat 13-15% spesies pohon tinggi yang ada di gambut Indonesia. Fauna yang eksotis pun ada banyak tinggal di lahan gambut, salah satunya yang sangat terkenal adalah orangutan.

Orangutan ini tidak ada di daerah lain dan merupakan satwa endemik di Kalimantan. Flora dan fauna yang tinggal di lahan gambut ini juga memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan hidup ekosistem gambut lainnya.

4. Lahan Gambut Menjaga Perubahan Iklim

Tanah gambut bukanlah tanah gersang atau lahan yang tidak berguna, justru lahan gambut dapat menyimpan cadangan karbon yang besar dan alami loh.

Menjaga kebutuhan karbon, air, rumah bagi flora dan fauna, hingga mengurangi dampak bencana alam adalah kelebihan lahan gambut. Dengan demikian, terlihat pula bahwa lahan gambut sangat berperan untuk menjaga perubahan iklim.

Namun, apabila lahan gambut terganggu atau mengalami alih fungsi, karbon yang berada di dalam lahan gambut dapat terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca. Inilah mengapa kebakaran di lahan gambut selalu mengkhawatirkan dan menjadi atensi banyak pihak. 

Kondisi Lahan Gambut Indonesia Saat ini

Kamu pasti pernah dengar bencana kabut asap, dong? Bencana ini seperti bencana tahunan yang menyebalkan. Saya kesal karena bencana ini bukanlah bencana alam murni, melainkan ada campur tangan manusia yang sengaja membakar.

Parahnya, lahan gambut yang terbakar akan susah padam karena api terus masuk ke dalam tanah dan hanya asapnya saja yang tampak. Ini membuat tindakan penanganan pasca kebakaran di lahan gambut menjadi terhambat.

Kerusakan Ekosistem Lahan Gambut (foto: theconversation.com, kumparan.com, kaltim.idntimes.com, batamtoday.com)

Berbagai pihak terus mengupayakan perlindungan untuk lahan gambut. Perlingungan ini datang melalui langkah hukum, politik, hingga sosial melalui peningkatan kesadaran oleh berbagai pihak.

Namun, sepertinya upaya ini masih belum cukup karena pada tahun 2019 lalu, luas lahan gambut Indonesia tercatat berada pada angka 13,43 juta ha. Angka ini turun sebanyak 1,5 juta ha dibandingkan pada tahun 2011 lalu yakni 14,93 juta ha.

Alih fungsi lahan gambut terjadi karena adanya penebangan skala besar untuk mengosongkan lahan. Setelah itu, ada pembuatan kanal-kanal untuk mengeringkan lahan. Akibatnya, permukaan lahan turun dan fungsi lahan gambut sebagai spons penyerap air menjadi hilang.

Kondisi ini terjadi salah satunya karena masih ada anggapan bahwa lahan gambut adalah lahan yang percuma. Anggapan ini seolah menghalalkan agar lahan gambut boleh dikeringkan dan dialihfungsikan.

Kebanyakan pengalihfungsian ini untuk kepentingan pertanian dan perkebunan. Ini tentu berbahaya dan perlu kita cegah bersama, sebab, gambut yang kering menjadi mudah terbakar.

Dan seperti yang saya tulis sebelumnya, karbon di dalam gambut sangat melimpah, kalau semuanya mabur ke udara, akan menimbulkan dampak emisi karbon yang besar. Bencana seperti ini pernah terjadi ketika kabut asap tahun 2015 dan dengan cepat Indonesia pun menjadi sorotan dunia.

Sejumlah bencana selain kabut asap juga masih dapat mengintai. Sebut saja banjir karena spons alami telah hilang atau berkurang, kebakaran hutan, pencemaran tanah, terganggunya aktivitas akibat kabut asap dan berbagai kemungkinan penyakit yang muncul, serta berkurangnya flora dan fauna di Indonesia.

Yuk! Dukung Kegiatan Pelestarian Hutan Gambut di Indonesia

Solusi yang dapat kita upayakan adalah mendukung adanya restorasi gambut yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut dan menyejahterakan masyarakat. Upaya ini berlangsung melalui tiga tahap, yakni pembahasan, penanaman ulang, dan merevitalisasi sumber mata pencaharian masyarakat setempat.

Kawasan reboisasi yang dilakukan oleh ASRI bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Palung.di Desa Sedahan Jaya, Kayong Utara, Kalimantan Barat (Dok. Pribadi)

Sebagai masyarakat umum, yang dapat kita lakukan adalah terus berisik dan menyebarkan awareness tentang lahan gambut. Apabila kamu tinggal di sekitar lahan gambut, kamu bisa turut mengawasi kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah daerah. Jika kamu sedang menempuh studi yang berkaitan dengan perlindungan gambut, kamu bisa mengambil penelitian tentang lahan gambut untuk memperkaya perspektif dan studi.

Bibit Adobsi di Yayasan ASRI yang akan ditanam di Lahan Gambut. (Dok. Pribadi)

Nah, jika kamu yang tidak tinggal di sekitar lahan gambut, tenang kamu juga bisa ikut berkontribusi menjaga hutan gambut di Kalimantan Barat loh. Caranya ikut donasi kampanye Gambut Untuk Kita yang diadakan oleh ASRI (Alam Sehat Lestari) dan Pantau Gambut melalui link donasi alamsehatlestari.org/donasi dan .

Bagaimana dengan kamu, apakah wawasan ini baru untukmu atau kamu sudah mengenal lahan gambut sebelum membaca tulisan ini? Coba ceritakan pengalaman kamu di kolom komentar, yuk!

#AlamSehatLestari #PantauGambut #GambutUntukKita #KontribusiUntukGambut #PeatlandIsNotWasteland #GambutUntukKehidupan #MainKeHutanGambut

Share this post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *