Bunga Rafflesia Tuan Mudae di Desa Wisata Cipta Karya

Pasti tahu dong ini bunga apa? Hehe, jika masih ingat dengan pelajaran sekolah waktu SD dulu pasti tahu deh, ini adalah salah satu puspa langka kebanggaan Indonesia, yess Rafflesia ❤️

Melihat langsung dari dekat bunga terbesar di dunia untuk pertama kalinya ini, benar-benar menjadi sebuah experience tak terlupakan. Berawal dari kenalan saya yaitu Bang Dian warga lokal Desa Cipta Karya Kabupaten Bengkayang dua tahun lalu, tiba-tiba menghubungi kalau beberapa hari lagi ada bunga Rafflesia Tuan Mudae akan mekar sempurna di desanya.

Oooo tentu saya sangat exited kapan lagi yakan melihat bunga yang jumlahnya terbatas, waktu mekarnya juga singkat, bahkan tidak bisa diprediksi kapan bisa mekar kembali. Apalagi selama ini cuma melihat dari TV, internet, atau buku pelajaran sekolah saja.

Karena lokasinya berada di hutan sekitar pegunungan, segala peralatan mendaki pun saya persiapkan dengan cukup matang, mulai dari perlengkapan camping, tenda, hingga logistik selama di hutan. Mengingat perjalanan dari Kota Pontianak ke Kabupaten Bengkayang ini punya jarak tempuh yang cukup jauh yakni 174 kilometer atau kurang lebih 4 jam berkendara motor. Belum lagi jalan kaki di Desa Cipta Karya ke lokasi tumbuhnya bunga tersebut.

Sebelum tulisan ini saya buat, saya sudah mengunggah moment tersebut di instagram saya di hari yang sama, tepat pada Sabtu, 18 November 2023. Lengkap dengan beberapa informasi ukuran, jumlah kelopak, hingga nomor kontak guide. Silahkan intip berikut ini:

Dalam satu hari upload ternyata insight yang saya dapat cukup tinggi, tidak heran karena moment seperti ini memang jarang sekali terjadi.

Bukan Bunga Bangkai, Bukan Rafflesia Arnoldi, Bukan di Bengkulu

Dari beberapa komentar yang saya terima di sosial media, ternyata masih ada yang belum begitu kenal dengan bunga Rafflesia, misalnya bunga ini masih disebut ‘Bunga Bangkai’, beberapa menyebut ini bunga ‘Rafflesia Alrnoldi’ (padahal ini bunga ‘Rafflesia Tuan Mudae’, satu diantara 9 jenis bunga Rafflesia di Indonesia), bahkan beberapa juga ada yang tidak percaya kalau ini di Kalimantan (maklum, bunga Rafflesia memang lebih populer di Bengkulu).

Sebelum lebih jauh, mari kenalan dulu nih perbedaan antara Bunga Rafflesia dan Bunga Bangkai. Meskipun kedua bunga ini ukurannya memang besar, sama-sama memiki aroma yang mengundang serangga, dan langka serta unik, tapi bentuk, sifat biologis, dan siklus hidup, keduanya berbeda jauh.

Bedanya Bunga Bangkai dan Rafflesia (sumber: goodnewsfromindonesia.id)

Agar lebih mudah untuk dipahami, silahkan perhatikan infografis yang dibuat oleh tim Good News From Indonesia di atas ya. Jadi, jangan bilang kalau Bunga Rafflesia ini Bunga Bangkai lagi 😊

Perjalanan Melihat Bunga Rafflesia Tuan Mudae

Perjalanan ke Kabupaten Bengkayang saya mulai dari pukul 5 pagi, motoran berdua sama Yandy, karena sudah berjanji dengan Bang Dian, Bang Boni (guide/warga lokal), dan dua tamu lainnya selain kami yang ingin melihat bunga Rafflesia, jadi satu kelompok kami ada 6 orang.

Meeting Point kami di halaman Kantor Desa Cipta Karya, Kecamatan Sungai Betung Kabupaten Bengkayang, pukul 9 pagi. Ternyata kedatangan kami lebih pagi dari waktu perkiraan sampai, pas sampai ke Kantor Desa, lah masih sepi baru ngeh kalau hari Sabtu kantor desa memang tutup. Sambil menunggu kami melipir dulu ke Bukit Dewi Cika, tempat wisata perbukitan kecil di tepi jalan utama desa cipta karya.

Sampai akhirnya semua tim berkumpul, kemudian saling kenalan dan briefing sebelum berangkat.

Oh iya, ternyata untuk sampai ke lokasi mekarnya bunga Rafflesia ini tidak begitu jauh dari kantor desa, jadi kata guide-nya tidak perlu menginap, cukup bawa bekal minuman atau snack saja. Akhirnya perlengkapan camping kami dititipkan di sebuah pos dekat kebun milik warga sekitar.

Jembatan Goyang

Setelah berkendara sekitar 15 menit dari Kantor Desa Cipta Karya, dengan melewati jembatan goyang (jembatan gantung yang bisa dilewati motor, sambil goyang-goyang, ini agak seram btwe apalagi untuk yang pertama kali). Lalu, melewati beberapa persawahan dan kebun milik warga, hingga sampai ke jalur yang hanya bisa dilalui dengan jalan kaki berupa kebun karet dan penyaringan air gunung, jalan kaki ini sekitar 1 jam.

Sebelum memasuki Hutan Adat Kalong di Bukit Salapar, kami menemukan sebuah plang bertuliskan “Rafflesia ±150 m”, sebuah tanda yang sedikit memberi saya energi semangat untuk melihat bunga ini (sambil ngos-ngosan, lupa kalau sudah lama tidak pernah mendaki 🙈). Ini maksudnya lokasi bunga cuma 150 meter lagi ya kan?

+- 150 meter

TAKJUB! Ketika memasuki hutan adat yang benar-benar masih sangat alami, seperti udara yang sejuk, tanah lembab, pohon besar, akar pohon menjulang, aroma bunga-bunga durian, aneka jamur yang tak pernah saya temui sebelumnya, hingg suara burung enggang yang berkicauan.

Bahkan di sini saya menemukan sebuah pohon Tengkawang (buah asli yang hanya tumbuh di Kalimantan saja) yang tak pernah saya temui sebelumnya ketika masih di pohon, buat yang belum tahu tentang tanaman ini akan saya buat artikel khusus setelah ini 😍

Akar Gantung

Selama perjalanan menuju lokasi bunga rafflesia ternyata saya dan beberapa anggota sedikit-sedikit berhenti, melihat serta mengabadikan temuan unik yang tak pernah saya temui sebelumnya, baik itu tanaman sampai hewan-hewan kecil.

Beberapa jalur ternyata memang sudah mulai tertutup karena semak, jadi guide-nya membuka ‘lagi’ jalur yang tertutup tersebut. Karena ini daerah bukit tentu jalur yang dilalui kondisinya juga miring, ditambah beberapa dahan pohon jatuh yang keliatannya memang rapuh, wah di posisi ini benar-benar harus extra hati-hati sih saat melangkah.

Bukit Salapar

Sambil berjalan, kami sempat ngobrol-ngobrol sama Bang Boni (guide) tentang bunga rafflesia ini, yang memang lokasinya itu kadang sering pindah-pindah meski tidak jauh sih. Sebab pertumbuhan bunga ini memang unik, tidak bisa dibudidayakan, tidak ada jadwal mekar, bahkan ada yang sudah bonggol atau kenop (calon bunga) siap mekar lalu tiba-tiba membusuk (gagal mekar), ini bisa diakibatkan oleh perubahan cuaca atau tangan-tangan jail yang mencoba untuk menyentuh bunga ini. Syukurnya, kalau sudah pernah ditumbuhi bunga ini dan mekar, kemungkinan sekitarnya juga bisa tumbuh lagi, jadi yang dapat melihat bunga ini untung-untungan gitu.

Beberapa menit kemudian setelah melewati jalur air sungai kecil, dari kejauhan Bang Dian sudah menunjuk ke arah bunga. Ternyata bunga tersebut ada di tebing sebelah bagian tebing yang kami lalui. Saat didekati ternyata ada beberapa bonggol bunga rafflesia yang mungkin akan mekar 3 hari lagi, dan seminggu lagi.

Bonggol Calon Bunga Rafflesia
Bunga Rafflesia Tuan Mudae yang akan mekar 3 hari lagi

So, ini dia bunga Rafflesia Tuan Mudae yang mekar sempurna 😍

Dengan diameter 70 cm, sekilas spesies Rafflesia Tuan Mudae ini hampir mirip dengan Rafflesia Arnoldi ya. Namun, ada perbedaan yang mencolok pada morfologi atau fisik, terlihat pada warna kelopak (perigon), rafflesia arnoldi lebih ke oranye sedangkan spesies tuan-mudae ke arah merah maron.

Lalu, perbedaan bunga yang tak memiliki batang maupun daun ini, juga dapat dilihat dari pola putih atau bercak pada kelopak. Arnoldi bercaknya ganda (besar dan kecil), sementara Tuan Mudae tunggal.

Rafflesia Tuan Mudae Mekar Sempurna
Lebih Dekat
Mengabadikan Momen dengan Bunga Rafflesia Tuan Mudae

Rafflesia Tuan Mudae yang hanya mekar selama tujuh hari ini, juga tumbuh di beberapa daerah lain yang memiliki hutan hujan tropis, seperti Sumatera dan Sarawak, Malaysia.

Sebagai anak Kalimantan, tentu saya sangat bangga sekali masih punya kesempatan melihat satu puspa yang keberadaannya sangat dilindungi seperti Bunga Rafflesia. Semoga flora cantik ini tetap lestari di tanah Indonesia ❤️🍃

Share this post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *