Pulau Baru (Barok) Pulau Cantik yang Jarang Dikunjungi di Bengkayang

Eh? Masa iya ada pulau kosong yang jarang dikunjungi di Kabupaten Bengkayang? Ada. Serius ada. Itu mengapa aku ingin berbagi cerita dengan kalian tentang pulau unik yang baru aku sambangi beberapa waktu lalu. Jadi, selain Pulau Randayan atau Pulau Lemukutan nambah satu lagi destinasi pulau yang masuk kawasan Kabupaten Bengkayang yang aku tulis di blog ini, namanya adalah Pulau Baru (Barok).

Perjalanan ke pulau yang sudah direncanakan teman-teman SCK (Summer Camp Khatulistiwa) bahkan sebelum bulan puasa, yap ini dalam rangka libur lebaran ceritanya. Aku sempat membatalkan perjalanan karena bentrok dengan jadwalku di sekolah, namun tiba-tiba H-3 ternyata kegiatan di sekolahku diundur, dan dengan ajakan sahabatku Achmad Gunawan yang memberi racun foto-foto bagus di pulau tersebut akhirnya aku pun tertarik kembali untuk menyambangi Pulau Baru (Barok).

Sebelum lanjut, aku mau racunin kamu dulu lewat video singkatku ini deh ☺️

Butuh sekitar 2 jam perjalanan darat dari pusat Kota Pontianak ke Kabupaten Bengkayang tepatnya di Dermaga Pasar Sungai Duri sekaligus sebagai tikum sebelum berlayar kurang lebih 90 menit ke Pulau Baru. Cuaca mendung di pagi hari sempat membuat kami sedikit kecewa.

Tentunya kami ingin membuat dokumentasi dengan langit biru cerah sebagai latar belakangnya. Eh, semakin siang dan dekat dengan tujuan, semesta memberkati kami dan langit kelabu hilang berganti biru seketika. Yeaaaayyy!

Bersama Akhmad Rizaldi dan Achmad Gunawan dengan Laut dan Langit yang Biru Cerah ☀️

Bersama dengan Aldi dan Gunawan, kami bertiga berencana menghabiskan waktu seharian di Pulau Baru. Kami sudah membawa pakaian renang, alat snorkeling, dan meminjam jaring milik kapal nelayan ini, karena dari atas air kami melihat banyak Bulu Babi. Sepertinya kami akan berburu bulu babi, dan nyoba untuk mengolah dan makan langsung.

Pantai Pulau Baru
Turun ke Air Laut

Seperti yang terlihat Pulau Baru yang memiliki luas 18.5 hektar ini tidak ada penduduk tinggal menetap, tapi saat kami mendarat di pulau terlihat ada beberapa bagan dn pondok nelayan. Nah, pulau ini hanya sering digunakan oleh nelayan untuk tempat singgah mereka, oh iyaa pulau ini juga tidak memiliki dermaga, jadi aku dan teman-teman harus turun ke dasar air lalu jalan kaki ke area pantainya.

Meski kepanasan, kami tak mau menyia-nyiakan langit cerah dan Aldi mengeluarkan drone dan bersiap untuk menerbangkannya. Wah, dengan pepohonan hijau dan pantai biru serta pohon kelapa di sekitarnya, pemandangan dari atas pasti sangat cantik.

Pesisir Pulau Baru

Nyoba Makan Bulu Babi

Puas mengabadikan moment indah di Pulau Baru, kami lanjut mencari Bulu Babi, tidak perlu bersusah payah meskipun hewan ini berduri tajam dan beracun, cukup dengan bermodal jaring saja, beberapa ekor dapat kami tangkap dengan cepat. Secara bulu babi ini hanya diam di dasar air tak terlalu dalam di sela-sela karang kan, hehe.

Tangkapan Bulu Babi Aldi
Bulu Babi a ka Landak Laut

Ini bukan pertama kalinya aku makan Bulu Babi atau Landak Laut, tapi di Pulau Baru ini adalah rekor terbanyak aku makan ini, tapi gak semua kok karena aku juga bagi-bagi dengan beberapa temanku yang penasaran dan belum pernah cobain.

Bulu Babi ini memang dari dulu bisa dimakan langsung yaa, tapi berhubung memiliki duri cara mengolahnya harus dengan cara yang tepat. Selain dibersihkan dari durinya, sebelum dikonsumsi bulu babi juga perlu dibersihkan isinya, karena kita hanya ambil daging atau telurnya saja.

Dengan inisiatif Gunawan, kita tambahkan jeruk nipis yang kami beli di pasar sekitar dermaga sebelum berangkat, katanya biar gak terlalu amis gitu, eh ternyata emang iyaaa. Kalau kamu penasaran rasanya, Bulu Babi yang dimakan mentah ini mirip sushi, shasimi, dan calok (udang fermentasi yang ditambah perasan jeruk).

Membersihkan Bulu Babi
Bulu Babi yang sudah dibersihkan

Berdasarkan telusuranku di internet, mengonsumsi Bulu Babi ini ternyata banyak banget manfaatnya, meskipun begitu bagi para penderita kolestrol tidak disarankan, karena hewan laut ini punya kandungan kolestrol cukup tinggi, jadi jamah saja ya hehehe.

Menikmati Matahari Terbit & Terbenam

Sebagai pencinta senja, aku cukup betah camping di Pulau Baru. Mungkin seharusnya aku tidak hanya nginap satu malam tapi 2-3 hari. Biar setiap hari bisa dimanjakan dengan rona langit jingga kemerah-merahan. Soalnya tinggal pergi ke ujung barat pulau kalo sore dan ke sisi timur untuk di pagi hari kita bisa menikmati senja dan fajar di pulau yang sama.

Sunset di Pulau Baru

Selain matahari terbenam, pemandangan matahari terbitnya pun tidak kalah cantik. Sehabis tidur semalaman di tenda tepi pantai, aku tinggal berjalan sebentar saja ke ujung timur pulau dan duduk menanti matahari bangun dari peraduannya.

Untuk ke Pulau Baru, tidak dikenakan biaya hanya carter kapal nelayan yang kami bayar 150.000 per orang. Oh iyaa, kita tidak boleh semena-mena buang sampah karena berpikir nanti pasti ada yang membersihkan karena sudah bayar nelayan. Itu pemikiran yang sangat-sangat salah. Kebersihan itu dimulai dari diri kita sendiri bukan?

Foto Bersama Summer Camp Khatulistiwa 37 di Pulau Baru Bengkayang

Di peta, Pulau Baru bahkan lebih kecil dari sebuah titik di atas kertas, namun selayaknya kita bercermin pada pulau kecil itu. Siapa pun yang berkunjung wajib menjaga kebersihan pulau dengan kesadaran penuh bahwa nantinya tempat ini terus terjaga dan akan turut berkembang jika alam terus terjaga.

Share this post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *