Semangat Orang Muda Menjaga Bumi Indonesia
Anak muda entah kalian milenial atau gen Z adalah harapan, agar bisa jadi agen perubahan untuk mencegah krisis iklim. Salah satu yang bisa terbilang sederhana juga didengungkan oleh Food Sustainesia lewat gerakan Eathink.
Menurut Genoneva Jaqualine Wijaya selaku CEO Eathink yang kebetulan juga hadir dalam pertemuan online gathering #EcoBloggerSquad, Eathink memiliki tujuan besar membantu generasi muda lebih selektif dalam memilih makanan yang berkontribusi dalam ekosistem berkelanjutan.
Ada cukup banyak isu pangan yang disinggung oleh Eathink demi meningkatkan kesadaran dan pengetahuan kalangan muda supaya lebih bijaksana saat memilih pangan yang dikonsumsi. Dalam konsep keberlanjutan pangan itu ada tiga pilar utama sebagai fokus Eathink yakni:
- Pertanian Berkelanjutan: Pemahaman atas tingginya emisi karbon pada lahan pertanian, ancaman penggunaan lahan produktif hingga deforestrasi
- Tantangan Gizi: Keterjangkauan pangan sehat yang berkelanjutan serta malnutrisi ganda baik gizi yang kurang atau gizi berkelebihan
- Sampah Makanan dan Pemborosan Makanan: Tantangan memangkas jumlah sisa makanan yang sangat tinggi di tingkat rumah tangga, bahkan lebih banyak daripada bisnis makanan
Menurut gerakan Eathink ini, makanan memberikan kontribusi emisi GRK (Gas Rumah Kaca) hingga 52,3 miliar ton setara COz di tahun 2010 silam. Artinya, sepertiga dari emisi GRK di Bumi disebabkan sektor makanan. Tak heran kalau sudah saatnya anak-anak muda mulai penting pahamnya pangan berkelanjutan.
Selain Eathink, gerakan perlawanan krisis iklim lewat solusi berkelanjutan juga dilakukan oleh komunitas SKELAS (Sentra Kreatif Lestari Siak). Cerli Febri Ramadani yang hadir sebagai narasumber adalah Ketua dari SKELAS yang melalui pemikirannya, memicu generasi muda lintas sektor untuk saling bergotong royong melahirkan solusi kreatif Siak Hijau berbasis ekonomi lestari, sebagai inkubator dan akselerator.
Bersama SKELAS, Cerli dan rekan-rekannya mendukung ekonomi kreatif lestari di Kabupaten Siak yang memang fokus pada pelestarian lingkungan dan keberlanjutan.
Tak main-main, SKELAS bahkan sudah memberikan sejumlah dampak kepada lingkungan dan lini sosial di sekitarnya seperti inovasi produk lokal minuman nanas berkualitas di lahan gambut yang mencengah karhutla (kerbakaran hutan dan lahan), hingga proses produksi Puan Pina yang melibatkan mitra kebun petani-petani lokal yang berkolaborasi dengan kelompok tani perempuan.
Ada juga pemanfaatan bekatul yang merupakan tepung sisa olahan padu, menjadi bahan bolu kemojo sehingga nilai ekonominya meningkat.
Tentu saja melihat gerakan-gerakan seperti Eathink hingga komunitas SKELAS, harapan untuk sebuah perubahan pada krisis iklim memang kini dibebankan pada anak muda. Generasi muda bukanlah mereka yang cuma tahu media sosial saja, tapi merupakan kunci utama bagaimana nasib Bumi ini bakal dibebankan.
Generasi muda adalah mereka yang berani lantang bicara dan mengeluh soal perubahan iklim. Di mana melalui keluhan-keluhan itu, lahir pemikiran dan sebuah gerakan kecil yang meskipun sederhana, mampu menyelamatkan usia Bumi.