Duan Wu Jie, Festival Makan Bakcang
Tidak disangka lebaran ketiga di Pontianak berbarengan dengan festival menarik masyarakat Tionghoa, yaitu Duan Wu Jie atau yang dikenal dengan sebutan Festival Peh Cun.
Menurut Wikipedia Peh Cun (扒船; “mendayung perahu”) berasal dari Bahasa Hokkian yang dipendekkan dari Pe Leng Cun / Pe Liong Cun (扒龍船; Romanisasi : pê-lêng-chûn / pê-liông-chûn), bermakna “mendayung perahu naga”.
Walaupun perlombaan perahu naga bukan lagi praktik umum di kalangan Tionghoa-Indonesia, tetapi istilah Peh Cun tetap digunakan untuk menyebut festival ini. Festival Duan Wu atau Festival Makan Bakcang dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.
Nah, di Kota Pontianak sendiri baru kali ini saya ikut dalam rangkaian acaranya, acara ini diselenggarakan oleh Gege Memei Kota Kalimantan Barat yang berlokasi acara di Bantaran Sungai Kapuas, Pelabuhan Senghie hingga Alun-Alun Kapuas Pontianak
Makan Bakcang / Kicang
Tradisi makan bakcang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam festival Peh Cun sejak Dinasti Jin. Pada festival ini yang menjadi makanan utama adalah kicang, kicang ini mirip seperti bakcang tapi dengan ukuran lebih kecil dan terbuat dari ketan yang kenyal.
Kalau bakcang biasa terdapat isian seperti kacang, daging atau udang bahkan ada juga yang olahan vegetarian, sedangkan kicang ini tidak ada isian serperti bakcang, dapat dinikmati dengan gula merah maupun gula pasir.
Sekilas kicang memang mirip seperti kue lupis, yang unik dari makanan khas Tiongkok ini adalah aroma harum yang berasal dari daun mirip bambu khusus yang memang digunakan untuk membungkus kicang.
Kemudian diikat menggunakan tali, serta membungkusnya pun tidak sembarangan karena ada teknik khusus.
Para Gege dan Meimei disini sangat antusias menjelaskan makna dari Duan Wu Jie sendiri, mulai dari proses pembuatan Kicang maupun Bakcang, cara makan kicang, bahkan sejarah dari makanan tradisional ini.
Mandi Tengah Hari di Sungai Kapuas
Kegiatan yang masih di tepian kapuas kawasan Siantan mereka mandi ditengah hari (katanya tidak boleh lebih dari jam 12 siang).
Selain mandi mereka juga mengambil dan menyimpan air pada tengah hari festival Peh Cun ini, menurut mereka air tersebut dipercaya dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit bila dengan mandi ataupun diminum setelah dimasak.
Beberapa agenda untuk memeriahkannya diisi dengan beberapa kegiatan menarik seperti perang bola air, naik sampan, hingga mereka juga menunggu leparan kicang dari kapal besar.
Bagi-Bagi Kicang Ke Masyarakat
Setelah berbagai kegiatan festival diselenggarakan para Gege Meimei ini turun dilokasi alun-alun kapuas dan membagikan balon ke anak-anak kecil dan kicang kepada masyarakat sekitarnya.
Together we share happiness ❤
Oh iya sampai lupa, yang hadir di Festival Duan Wu ini tidak hanya masyarakat Tionghoa saja tapi semua etnis saling berbagi kebahagiaan. Pada acara tersebut juga dihadiri oleh Bujang Dara Gawai Dayak dan Abang Adek Duta Kuliner Kota Pontianak.
Menyenangkan sekali, harapan saya festival seperti ini terus diselenggarakan setiap tahun sehingga tradisi tersebut akan terus diingat.
Gege Meimei, Cia yo! ❤️
Boleh tanya? acara ini diselenggarakan oleh ge” dan mei” sekalian ini disponsori atau didukung pihak pemerintah atau tidak ya? for research purpose. thx.