Catatan Gak Penting Mahasiswa Semester Akhir
Seperti tertulis dijudul tulisan ini, sudah nampak jelas bahwa tulisan kali ini dikhususkan untuk anda wahai mahasiswa baik itu yang belum menjadi mahasiswa atau MABA (Mahasiswa Baru), mahasiswa akhir yang suatu saat akan mendapatkan mahasiswa semester akhir.
Mungkin dibeberapa kalangan kata “Mahasiswa Semester Akhir” itu adalah kata-kata yang menyebalkan karena pada saat itulah kemampuan mahasiswa diuji dengan kata yang mendampinginya yaitu SKRIPSI. Ada beberapa catatan dari saya (sitimustiani.com) mengenai hal yang dialami mahasiswa semester akhir.
Mulai Ditanyain “Kapan Selesai?”
Yah, itu adalah pertanyaan yang pasti ditanyain kepada mahasiswa semester akhir, bahkan mungkin yang baru masuk juga mungkin ditanyain juga. Kurang lebih sama dengan ngadepin pertanyaan “Kapan Nikah?”, saran saya sih lapang dada aja sambil tetap tawakkal dan ingat buat yang sedang menyusun skripsweet dan masih banyak revisi!
Jika revisi mulai menghilangkan semangatmu. Ingatlah orang tuamu yang ingin melihatmu lulus
Teman di Kampus Hilang Satu per Satu
Kampus berasa kuburan. Karena jadwal kuliah udah tinggal dikit, atau ada yang mulai ambil praktek lapangan, magang, nyusun proposal. Hal yang lebih menyedihkan lagi, kalo udah liat mereka pake toga duluan sedangkan kamu masih harus berkutat dengan kuliah yang masih banyak ngulangnya. Eh, ini bukan curhat ya.
Janjian Sama Dosen
Yap, kamu akan punya gebetan baru yang namanya Dosen Pembimbing. Cara ngadepinnya mirip-mirip sama gebetan pada umumnya, hanya saja kamu harus punya tingkat kesabaran plus waktu ekstra buat dia untuk nunggu. Maklumlah, jam terbangnya lebih tinggi dari kamu.
Nih, ada bebapa tips buat kamu yang mengalaminya…
pertama, Cari Dosen Pembimbing dan Turutilah Perintah dan Bimbingannya
Sangat disarankan mencari dosen pembimbing yang bidang ilmunya sesuai dengan passion-mu, dan kalau bisa yang sering stay di kampus. Kamu akan gampang buat menemui dosen tersebut. Apalagi kalau mendadak perlu bimbingan. Saran kongkret: Kalau sudah menemukannya, jangan sekali-sekali melawan dan mendebatnya dengan spontan (apalagi dengan keras) … Kalaupun sang dosen kelak ada salahnya, buatlah strategi berkomunikasi yang baik untuk menyampaikan. Kamu juga bisa berkomunikasi dengan dosen-dosen pengurus/pimpinan jurusan.
kedua, Hilangkan Gengsi Bertanya Pada Orang Lain
Selain mendonlot jurnal-jurnal, dan bahan bacaan lainnya, dan skripsi-skripsi kakak kelasmu, kamu harus sering bertanya dan berdiskusi dengan kakak kelas dan teman-temanmu. Jangan malu meminta waktu menghadap untuk meminta waktu bertemu dosen dan laboran di lab. Dan, segera tentukan kerangka skripsimu.
Kembangkanlah kemampuan komunikasi kamu, hingga bisa berbicara yang membuat orang lain nyaman. Terutama mereka yang akan kamu buat repot dan mau memberikan bantuan bagi penyelesaian skripsimu.
Paling tidak hal-hal tersebut akan membuatmu melihat cahaya dalam kegelapan, ke arah mana kamu akan memulai langkahmu.
Mengerjakan Skripsi Itu Kok Susah!? Ya Wajar ‘Donk’, Namanya Juga Skripsi …
Dalam perjalanannya, pengerjaan skripsi akan menemui berbagai hambatan dan tantangan. Baik itu tantangan dan kesulitan teknis maupun non-teknis. Misalnya hasil pengujian di lab yang tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda yang baik, yang siap untuk dituangkan ke dalam tulisan. Atau, malah semakin banyak error dan ketidakjelasan! Atau, software-nya ngadat, data hilang dan terhapus semua.
Untuk riset di bidang sosial dan humaniora-pun juga akan menemui berbagai kendala yang tak kalah peliknya. Bahkan kendala non-teknis juga bisa menjadi penghalang besar di lapangan.
Kuncinya adalah TEKUN dan SABAR. Jangan menyerah donk. Air yang menetes pelan-pelan, akan bisa membuat sebuah batu berlubang. Jangan malu dan sungkan bertanya pada dosen pembimbing atau laboran di lab. Pokoknya, kamu bisa bertanya pada banyak orang, atau cari jawabannya di sumber-sumber ilmiah di internet.
Terbiasalah Dengan Istilah “Revisi”
Setelah selesai menulis baik bab yang saling lepas atau skripsi secara keseluruhan, maka dosen pembimbing akan memeriksa hasil penulisan kita. Saat seperti inilah ketika kita harus me-revisi pekerjaan kita, baik revisi minor atau mayor.
Revisi bisa berupa hal kecil seperti format penulisan, salah penulisan, urutan sub-bab yang keliru, format gambar, format tabel dsb. Hal-hal seperti ini terkadang menguras emosi.
Revisi juga bisa berupa hal yang prinsip, seperti kurangnya landasan teori atau kurangnya referensi dari buku/artikel. So, terbiasalah dengan “revisi”, selesaikan anjuran revisi dari dosen pembimbing dengan cepat maka skripsi akan cepat selesai.
Biar tambah semangat, nih saya selipin pidio biar tambah semangat ngerjain skripsi nya 😀
semangat ya, buat mahasiswi yang satu ni 😀
Hemmmmm…. baik lah
Senengnya yang bisa kuliah sampai selesai.
kalo aku pilih cuti karena ada sesuatu, trus ga lanjut lagi karena keasikan kerja.
yah sayang sekali