Kota Tua Jakarta, Banyak Cerita Tersembunyi
Liburan akhir tahun 2018 kali ini agak sedikit berbeda dari biasanya, karena edisi liburan kali ini saya menyusung tema Traveling Bareng Ibu, traveling bersama orang tua aku pilihnya kota Jakarta, karena Jakarta ibu kota negara Indonesia yang selalu ramai dan menyimpan banyak cerita khususnya untuk Indonesia. Kali ini gak traveling ke alam, karena ajakin orang tua, jadi cari yang aman-aman aja.
Tentang Kota Jakarta Sebenarnya ini pertama kali aku menginjakkan kaki di Jakarta, Jakarta ternyata benar merupakan kota teramai yang pernah aku kunjungi, penduduk yang lumayan padat dan banyak gedung-gedung tinggi, hahaha *mendadak sepok. Oke di Jakarta aku dapat penginapan gratis, tepatnya di Apatermen Cengkareng Jakarta Barat, merupakan apatermen temannya mama yang kebetulan kerja di Jakarta.
Dalam Traveling kali ini, dalam sehari ada beberapa tempat yang saya kunjungi. Oh ya sekedar informasi, untuk transportasi selama di Jakarta saya menggunakan Ojek Online dan BUS Trans Jakarta (gratis loh ini, ntar aku ceritaiin).
Pertama ke Jakarta, sambil searching-searching di google nemu deh tempat wisata dekat sini, yak aku ke Kota Tua, cukup menempuh perjalanan sekitar 15 menit saya sudah sampai di lokasi.
Setiap sudut Kota Tua mengagumkan, bukan hanya banyak muda-mudi saja, melainkan kafe, kuliner, sampai orang-orang yang menyerupai pahlawan pun ada, mereka menjadikan dirinya sebagai property foto para wisatawan.
Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia), adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka).
Beberapa tempat wisata di kawasan kota tua ini misalnya Museum Fatahillah, Museum Bank Indonesia, Stasiun Kereta Api, Museum Wayang dan Museum Seni Rupa dan Keramik. Kali ini aku explore Museum Wayang dulu deh.
Museum Wayang
Awalnya tempat ini bernama Hollandsche yang dibangun di tahun 1640. Museum wayang ini memiliki beragam jenis serta bentuk wayang-wayang asli Indonesia. Biaya masuknya Rp.5.000,-/orang.
Gedung yang tampak unik dan menarik ini telah beberapa kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk (“Gereja Lama Belanda”) dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama.
Di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini.
Museum Wayang memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain. Wayang-wayang dari luar negeri ada juga di sini, misalnya dari Republik Rakyat Tiongkok dan Kamboja.
Hingga kini Museum Wayang mengkoleksi lebih dari 4.000 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan. Umumnya boneka yang dikoleksi di museum ini adalah boneka-boneka yang berasal dari Eropa meskipun ada juga yang berasal dari beberapa negara non-Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia.
Di lokasi Kota Tua masih banyak spot foto yang menarik, sayangnya saya pergi sendiri agak kesulitan minta bantu foto sama orang lain, hehe. Next, lanjut ke artikel berikutnya ya 😀