Riam Mabeh, Pesona Air Terjun di Bawah Kaki Gunung Niut

Apakah kalian percaya bahwa setiap kita memiliki niat baik dalam perjalanan, niscaya perjalanan kita akan diberkati, dilancarkan, dimudahkan? Aku percaya!

Itu modal aku pribadi kalau bepergian ke tempat asing. Percaya saja semua akan baik-baik saja. Walaupun kadang kita mengalami kebalikannya, tapi tak selamanya hal buruk itu buruk kan?

Seperti cerita perjalanan yang ku putuskan secara random kali ini, yang awalnya aku cuma hanya kenal tiga orang tapi ketika pulang aku punya teman baru yang jumlahnya hampir 30 orang. Yess ini trip rombongan #SummerCampKhatulistiwa ke sebuah air terjun bernama Riam Mabeh yang terletak tak jauh dari kaki Gunung Niut, Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat.

Kembali main ke alam dengan suasana baru sepertinya memang sebuah keputusan yang tepat, seolah aku akhirnya kembali punya nyawa yang sudah lama tak berwarna. Kalimatnya memang sedikit berlebihan, tapi aku sangat menikmatinya, bahkan lebih dari ekspetasi sebelum aku berangkat.

Sabtu, 22 Juni 2024 aku memulai perjalanan pukul 7 pagi dari Pontianak bersama Achmad Gunawan a ka @gunjackson. Sebelum sampai meetting point yang telah ditentukan, kami ada tiga kali singgah karena ada tim lain yang ajakin barengan, yaitu di Wajok, Sungai Pinyuh, dan Kota Bengkayang.

Bersyukur meskipun satu malam sebelumnya sempat hujan awet, tapi sepanjang jalan sampai Dusun Sujah semuanya cukup lancar. FYI, peserta trip Riam Mabeh ini dari berbagai daerah, seperti Sambas, Singkawang, Bengkayang, dll. Hanya aku dan Gunawan saja yang dari Pontianak haha.

Rumah Febry

Dari total seluruh peserta 50% aku temui saat singgah di Bengkayang tepatnya di rumah Febry. Ternyata mereka menunggu kami, baru lanjut lagi ke lokasi meeting point sebenarnya yaitu di Dusun Sujah tepatnya rumah orangtua Bang Aris.

Sesampainya di rumah Bang Aris, sebagian tim ternyata sudah ready. Kami meninggalkan beberapa barang yang sekiranya tidak perlu kami bawa ke riam di rumah Bang Aris, misalnya helm dan sepatu. Aku disaranin untuk pakai sendal saja, karena jalannya pasti basah dan becek (lagi pula kalau pakai sepatu kotor-kotor nanti agak susah ya kan cucinya, hehe *malas sih sebenarnya).

Saat semua tim sudah terkumpul, pukul 3 sore dan inilah perjalanan ke Riam Mabeh yang sebenarnya baru dimulai. Dari Dusun Sujah kami menuju Dusun Simpang Empat, Desa Bengkawan, Seluas. Desa terakhir kami dapat parkir motor sebelum masuk ke dalam kawasan, yang dimana jalan yang jalurnya mulai dari yang aspal mulus, berbatu, bertanah kuning, lalu tanjakan, ditambah lagi di sini sempat hujan sebelumnya.

Jalan Menuju Dusun Simpang Empat Desa Bengkawan

Jalan di sini lumayan extrime (aku bilang lumayan, soalnya kata yang pernah ke sini sebelumnya dulu lebih parah wkwk). Sesekali aku harus turun jalan kaki agar motor tetap bisa lanjut jalan di tanjakan licin, untung travel partner ku ini cukup jago mengedarai, hanya sekali hampir jatuh yang bikin betis ku sedikit memar.

Travel Partner: Achmad Gunawan

Oh iya di perjalanan ini kami juga berjumpa dengan rombongan lain (ternyata dari Pontianak) yang sepertinya tujuannya sama, tapi keliatannya mereka ini seperti bocil-bocil tersesat wkwk. Akhirnya mereka ikut kami, nambah lagi dong yaa rombongannya hehe.

Setelah hampir 3 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di Dusun Simpang Empat Desa Bengkawan, di sini kami bisa istirahat sebentar, izin/registrasi dengan kontribusi 30.000 per orang untuk biaya parkir dan jasa guide. Di sini aku melihat sebuah bangunan unik, namanya Rumah Baluk atau Ponggo, karena aku exited aku singgah sebentar untuk berfoto dulu.

Informasi singkat tentang Rumah Baluk aku tulis di feed instagram di atas saja ya 😌

Yah, beginilah kalau jalannya sama travel blogger seperti aku, semua diabadikan untung travel partner ku ini cukup mengerti, jadi senantiasa mau menunggu dan menggambilkan beberapa gambar/video untukku. Jadi, maafkan aku jika di perjalanan ini membuat kita agak lambat dan ketinggalan dari rombongan hehe.

Selfie dulu setelah registrasi

Nah, inilah tiga orang yang aku maksud teman yang cuma aku kenal, Gunawan dan Radit kenal sudah lebih 12 tahun tapi baru sekarang bisa ngetrip bareng! Katanya kumpulan mantan anak genpi wkwk.

Kembali ke cerita perjalanan, nah seetelah urusan parkir kendaraan dan registrasi selesai, kami foto dulu bersama dua rombongan dan tiga guide yang akan mengantarkan kami ke lokasi riam.

Foto Bersama (Dua Rombongan dan Guide Lokal)

Bagi yang belum tahu Riam Mabeh ini secara administratif berlokasi di Kampung Umbo Desa Bengkawan (Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang). Tempat ini juga termasuk dalam kategori Wisata Alam Konservasi Cagar Alam Gunung Niut, jadi disarankan untuk memiliki Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi).

Memasuki Kawasan Konservasi Cagar Alam

Nah, dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Desa Bengkawan sudah melakukan kesepakatan bahwa kawasan Riam Mabeh bebas untuk dikunjungi oleh kalangan pendaki/pecinta alam dengan aturan wajib membayar biaya kontribusi dan ditemani guide yang telah disiapkan oleh masyarakat kampung tersebut (Kampung Umbo).

Perjalanan dari Kampung Umbo ini menjelang malam hari, demi menghemat daya perangkat aku tidak mengabadikan jalurnya, lagi pula gelap ya kan. Dengan bermodal senter kecil milik Gunawan, aku cukup melihat jalur yang aku lewati ada kebun warga, jembatan pohon, anak sungai, sedikit tanjakan dan lebih banyak landai.

Sekitar pukul 8 malam, kami pun tiba di lokasi riam. Riamnya tidak begitu tampak, tapi suara yang terdengar cukup besar. Bergegas tim mendirikan tenda, karena meskipun tidak hujan tapi percikan dari air terjun di sekitar camp tentu membuat kami basah. Beberapa tim ada yang membersihkan diri, siap memasak, makan malam, dan aku tidak langsung istirahat karena masih kumpul-kumpul cerita sama teman-teman baru di tenda.

Pukul 11 malam aku sudah tidur, meskipun beberapa teman kami di luar tenda masih ada yang berjaga tapi aku tidak merasa terganggu. Mungkin karena sudah memang lelah, cuaca cukup dingin, perut kenyang, jadinya tidurku sangat pulas.

Minggu, 23 Juni 2024, aku terbangun pagi gara-gara alarm teman setenda ku, tapi malah dianya yang belum bangun haha. Ketika buka tenda benar saja Air Terjun Riam Mabeh ini ukurannya besar sekali!! Benar-benar diluar eskpetasi ketika liat di sosial media.

Air Terjun Riam Mabeh

Air Terjun tinggi yang tediri dari beberapa tingkat sebagian tebing, mengalir air cukup deras bak tirai raksasa. Sekitarnya banyak pepohonan menjulang tinggi, jadi kita bisa membentang hammock untuk berswa foto. Menurutku dari berbagai sudut riam ini benar-benar mempesona, semakin dekat dengan aliran air semakin cakep, asalkan perangkat kamera/handphone kita cukup tahan air ya.

Menikmati Pesona Air Terjuan Riam Mabeh

Bersyukur, tim yang bersamaku ini sangat sefrekuensi untuk diajak ngonten. Cukup kompak dan punya effort untuk diajak kerjasama, jadinya tidak ada yang merasa mageran apalagi ngedumel kalau disuruh foto/videoin. Daaannn, hasilnya pun cakep-cakep ya kan 🥰

Travelmate ❤️

Sudah puas foto dengan berbagai gaya dan dari berbagai sudut, kami lanjut sarapan yang kesiangan, mengemasi barang-barang packing untuk persiapan pulang, bersih-bersih kawasan agar tidak meninggalkan sampah. Kami meninggalkan riam sekitar jam 11 siang, agar sampai ke desa tidak begitu kesorean.

Terima kasih Riam Mabeh

Kembali pulang, ternyata jalannya cepat, kami sampai di Dusun Simpang Empat sebelum pukul 2 siang. Di sini ada warung, jajan es dulu lah karena haus. Saat jajan aku dan Gunawan salfok sama salah satu produk lokal yang dipajang di depan etalase warung, yaitu MADU KELULUT. Aku disuruh pemilik warung untuk nyobain tester-nya sambil divideoin sama si Gunawan ini.

Ngobrol-ngobrol dikit, lansung diajak dong untuk liat penangkaran madu nya tak jauh dari warung. Beliau menjelaskan tentang madu kelulut ini, seperti proses produksi, jenis madu, manfaat, sampai kita juga dikasi kesempatan untuk nyobain langsung madu kelulut ini dari sarangnya langsung. Sungguh ini pengalaman tak terduga, tapi seru!

Sarang Madu Kelulut
Madu Kelulut
Bawa Pulang Madu Kelulut

Akhirnya kami berdua pun beli produk MADU KELULUT 100% Murni ini langsung dari Dusun Simpang Empat Desa Bengkawan ini. Gara-gara si madu kelulut ini kami pun jadi orang terakhir yang meninggalkan kampung ini, maklum ngonten dulu kan yaahhh.

Lanjut lagi, ke rumah Bang Aris di Sujah, kami istirahat dan dijamu makan yang nikmat sekaliii. Emang ya setelah melakukan perjalanan, meskipun sedikit kotor dan bau keringat, tapi kalau dihidangkan makanan yang disantap rama-ramai kayak gini tuh enaakk banget, gratis juga soalnya hehe.

Makan di Rumah Bang Aris

Setelah makan, beberapa tim mulai bubar ada yang langsung pulang ke rumah di daerah masing-masing. Karena ada yang kerja besok harinya. Sedangkan aku dan Gunawan berencana untuk pulang besok harinya, dan menginap di Kota Bengkayang dulu di rumah Kak Febry tepatnya.

Sebelum pulang pun kami rencana kulineran dulu di warung kopi anugerah yang kata bang Aris legendaris itu. Tapi cerita ini ku tulis di artikel yang terpisah ya.

Meskipun ini perjalanan pertamaku sama anak SCK (Summer Camp Khatulistiwa), tapi kesanku sangat menyenangkan! Perjalanan benar-benar aku nikmati, bahkan rasanya tak ingin berakhir dengan cepat. Semoga kita bertemu lagi ya di perjalanan lainnya. Salam lestari!

Share this post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *