Rumah Seniman Sape’ Christian Mara
Kalau gak ikut Ekspedisi 54tu Hati Kalimantan Barat bersama Astra Motor mungkin sampai saat ini aku tidak tahu kalau ternyata ada seseorang yang sangat mencintai kesenian asli dari tanah Borneo, sehingga siapa pun yang bertemu dengan beliau juga ikut mencintai seni budaya ini.
Kenalin nih, Christian Mara musisi sekaligus pengrajin yang menjadikan rumahnya tempat produksi bahkan belajar tentang seni alat musik Sape’. Berlokasi di Jalan Ayani 2 Wonodadi Kabupaten Kubu Raya, rumah Pak Mara benar-benar dipenuhi koleksi bak galeri atau museum.
Menjelang sore aku dan tim dari Astra Motor yang sudah membuat janji sebelumnya, mendatangi rumahnya. Beliau sangat antusias, bahkan sudah menunggu sejak siang katanya. Rumah Pak Mara ini ada di dalam gang, rumah tingkat dengan tiang-tiang yang terukir khas Dayak, seperti sudah mencerminkan kecintaannya dengan budaya khas Dayak.
Sekilas rumah Pak Mara ini seperti rumah panggung, bagian bawah (mirip baseman) terdapat tumpukan kayu, ternyata kayu-kayu inilah yang dipakai untuk membuat alat musik sape’. Kemudian kami langsung diajak naik ke lantai 1 lewat tangga dan masuk ke sebuah ruangan cukup luas, mirip ruang tamu yang digabung dengan ruang keluarga.
Jujur saja saat masuk ke ruangan ini, aku langsung terpesona dengan begitu banyak alat musik sape, perisai, patung-patung, hingga berbagai penghargaan yang pernah diraih oleh Pak Mara. Berlantai keramik, nuansa ruangan hangat, ditambah cahaya matahari sore yang ke dalam ruangan, semakin membuat tempat ini istimewa. Setiap sudutnya cantik, untuk diabadikan dengan gaya apapun.
Aku sempat apa ini benar-benar di Kabupaten Kubu Raya, tempat yang menurutku diluar ekspetasi yang ku pikir menemukan tempat ini harus jauh ke pedalaman Kalimantan, tapi aku menemukannya tak jauh dari kota bahkan rumahku sendiri.
Sembari melihat-lihat berbagai benda yang terpajang indah di ruangan ini pula Pak Christian Mara sambil bercerita tentang kecintaannya dengan seni terutama Sape’, dan bagaimana perjalanan beliau sebagai pengrajin sekaligus musisi.
Tidak hanya itu, sesekali beliau menjunjukkan kepiawainnya memainkan alat musik Sape’, menjelaskan kalau ada beberapa jenis musik yang biasanya dimainkan untuk pertunjukan, acara-acara sakral hingga upacara kematian. Bukan cuma ukiran, setiap petikan hingga nada pun punya maknanya masing-masing.
Dengan senang hati Pak Christian Mara juga mengajari kami cara memainkannya, wah ini sih bukan kunjungan biasa. Meskipun cuma sebentar ini benar-benar membuat aku terkagum dengan dedikasi beliau meskipun umurnya sudah tak lagi muda.
Oh iyaa, satu lagi yang diluar ekpetasiku saat main ke rumah Pak Mara. Yaitu, beliau tidak hanya membuat alat musik atau karya seni khas Suku Dayak saja. Tapi juga seni budaya suku lainnya, sebut saja suling, gong, kenong, bahkan meriam karbit. Selain jiwa kreatif yang sudah mendarah daging, kegiatan Pak Mara seperti ini secara tidak langsung menginpirasi orang untuk terus berkarya.
Hangatnya tempat dibarengi dengan penyambutan Pak Mara beserta istri seolah membuat kami tak ingin cepat-cepat meninggalkan mereka, soalnya ada banyak sekali mungkin kalau bisa melihat langsung pemilihan kayu, ngukir, sampai alat musiknya jadi bisa kami ikuti hingga selesai, tapi itu akan membutuhkan waktu cukup panjang ya kan. Mungkin di lain waktu atau di lain hari kami bisa berkunjung sambil mendengarkan cerita Pak Mara lebih lama lagi.
Oh iyaa, coba intip deh sedikit dokumentasi kecilku lewat video reels instagram yang ku buat bersama Aldo yang sudah aku upload beberapa hari yang lalu, meskipun gak sampai 1 menit semoga video ini cukup memberi gambaran secara visual ya!
Sebelum pergi, tidak lupa kami foto bersama, pakai atribut Seni Dayak biar lebih autentik dokumentasinya hehe. Sekian dulu pengalaman singkatku main ke Rumah Pak Mara, harapanku Pak Mara dan keluarga sehat selalu, semoga semakin banyak juga generasi yang mencintai dan bangga dengan kesenian ini. Salam Satu Hati ♥️