Wisata Sejarah: Makam Juang Mandor Kabupaten Landak
Setiap tanggal 28 Juni, Provinsi Kalimantan Barat memperingati Hari Berkabung Daerah, sehingga semua instansi termasuk kantor pemerintahan dan sekolah, wajib mengibarkan bedera merah putih setengah tiang di hari tersebut. Itu juga sudah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2007.
Kira-kira masyarakat Kalimantan Barat sendiri tahu gak nih alasannya kenapa?
Aku pribadi sejak SMA sudah pernah belajar tentang sejarah ini bahkan sempat membaca beberapa media di jurnal online atau postingan sosial media, tapi sejauh ini hanya sekedar tahu tanpa mempelajari secara detail atau mengunjungi tempatnya langsung. Lagi pula aku memang bukan pegiat sejarah, tapi aku cukup tertarik jika ada kesempatan untuk belajar (lagi) bahkan bertemu dengan ahli sejarahnya.
Kesempatan itu pun datang saat aku ditugaskan untuk survey lokasi belajar sejarah siswa kelas 11, pada Rabu 15 Oktober 2025. Aku, Pak Wery, dan Bu Merly selaku guru Sejarah melakukan perjalanan ke Makam Juang Mandor di Kabupaten Landak. Sebuah perjalanan singkat, pulang-pergi hanya 6 jam.
Anyway, dari kita bertiga Pak Wery dan aku belum pernah sama sekali ke Makam Juang Mandor, sedangkan Bu Merly sudah cukup lama sekali terakhir mengunjunginya. Seketika aku ingat beberapa teman guru di sekolah lain pernah melakukan kegiatan yang sama, bahkan termasuk adik sepupuku juga jadi salah satu pesertanya. Siswa yang dibawa mereka sekitar 400 orang, sepertinya bukan jadi masalah untuk ku karena rencana siswa yang kami bawa hanya 50 orang.
Dengan bermodal Google Maps, dimana aku sebagai navigator-nya sampailah kami di Makam Juang Mandor pukul 10 pagi menjelang siang. Oh iya, kita berangkat dari sekolah tadi jam 8. Jadi total perjalanan sekitar kurang lebih dua jam.

Tidak sulit ternyata untuk sampai ke lokasi Makam Juang Mandor, sepanjang jalan lancar tanpa hambatan (hanya singgah sebentar sekali, untuk beli dua ikat rambutan), ditambah cuaca saat itu sangat cerah. Perjalanan ini membuat kami bertiga seolah healing sejenak, karena sepanjang jalan pemandangannya adalah pepohonan dan sawah, bukan hiruk pikuk perkotaan yang padat, hehe.
Sampai di Makam Juang Mandor, mobil kami parkir tepat di depan sebuah RM (Rumah Makan) Bu Zulfah, sekaligus tempat Juru Kunci Makam Juang Mandor, beliau adalah Bapak Uca Suherman. Di sini kami menyampaikan maksud dan tujuan, seperti yang direncanakan, dan sepertinya Pak Uca benar-benar sudah terbiasa mendapatkan kedatangan tamu termasuk kami yang datangnya tiba-tiba ini.

Pak Uca sangat welcome, beliau menyampaikan beberapa hal terkait Makam Juang Mandor, mulai dari sejarah, fasilitas, aktivitas, prodsedur kunjungan, bahkan latar belakang beliau sehingga menjadi juru kunci di sini.
Nantinya, beliaulah yang menjadi guide saat kunjungan lawatan sejarah bersama anak-anak. Karena pada dasarnya, tempat ini bukan sekedar ‘kuburan’ juga beda konsepnya dengan makam pahlawan. Tempat ini juga jadi saksi bisu, sejarah kelam di Kalimantan Barat, itu sebabnya tempat ini bukan hanya disebut wisata sejarah, tapi juga wisata ziarah.
Di artikel ini mungkin kamu tidak bisa membaca semua sejarah tentang Makam Juang Mandor secara detail, tapi secara singkat tempat ini memang jadi pengingat kita bahwa ada peristiwa bernama ‘Mandor Berdarah‘ yang terjadi pada tahun 1943-1944 yang menewaskan orang tidak berdosa termasuk tokoh-tokoh penting Kalimantan Barat oleh tentara Jepang saat itu. Jika dihitung totalnya ada sekitar kurang lebih 21.037 korban dibunuh dengan cara ‘penyungkupan’ (membunuh dengan samurai dan memenggal kepala korban), dan kejadian itu dilakukan di lokasi Mandor ini pada 28 Juni 1944, itu sebabnya setiap tanggal tersebut diperingati Hari Berkabung Daerah.
Secara timeline peristiwa tersebut tidak hanya tertulis dan diceritakan oleh ahli sejarah saja, sebuah reliefe panjang di makam ini juga bisa jadi cara mudah untuk menceritakan tragedi tersebut. Beruntung kunjunganku ini bersama satu guru sejarah favorit di sekolah kami, Bu Merly mampu menceritakan ulang sejarah tersebut lewat reliefe ini dengan mudah kepada kami.

Tempat yang kami kunjungi ini baru tempat sejarah, bukan ziarah. Karena lokasi ‘kolam’ yang dijadikan kuburan korban mandor berada di belakang sekitar 300 meter dari sini, itu harus ditemani oleh guide atau juru kunci yaitu Pak Uca. Kunjungan itu akan dilakukan nanti bersama anak-anak saja, jadi kami cukup berkeliling melihat fasilitas untuk laporan ke sekolah.


Menjelang siang, kami makan di RM Zulfah yang ada di kawasan ini sebelum pulang. Kita bertiga memesan menu yang berbeda, yaitu Nasi Ikan Nila Goreng, Nasi Soto Ayam, dan Nasi Ayam Goreng. Untuk harga sekitar 20-35ribu per porsi.

Awalnya aku tidak berekspetasi lebih makan di sini, terlihat tidak ada pengunjung lain selain kami, ditambah mengingat beberapa pengalaman kalau makan di daerah yang jauh beberapa bahannya tidak fresh dan cenderung mahal.
Tapi tidak di sini, porsi yang kami dapat justru bisa dibilang besar, ikan dan ayamnya garing, sayurnya juga masih segar. Jadi makan di sini termasuk ENAK! Tak lama ternyata ada pengunjung lain berdatangan untuk makan siang di sini, oh jadi tadi kami makan belum jam istirahat makan siang yaa, hehe. Oh iya, pembayaran di sini harus cash ya, belum ada fasilitas QRIS atau dompet digital untuk payment.
Setelah kenyang, kami bersiap pulang dan pamitan sama Pak Uca dan Bu Zulfah (pemilik rumah makan) dan kembali ke sekolah. Perjanannya singkat memang, tapi setidaknya ada banyak hal baik sehingga menjadi sebuah cerita, pengalaman, termasuk persiapan matang untuk bawa anak-anak ke sini nantinya.

Sekian dulu cerita perjalanan survey ku bersama Pak Wery dan Bu Merly, nanti kita cerita lagi versi bersama siswa ya, sampai jumpa ❤️
Makam Juang Mandor
Alamat: Jl. Anjungan – Mandor, Mandor, Kec. Mandor, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat 79355
