Danau Ranu Kumbolo yang Cantik Jelita
Lanjutan dari trip Bromo. Yup, abis dari Bromo balik ke Tumpang terus berangkat dari Tumpang ke Ranu Pane. Senin 25 Juni 2018, sore itu kami sudah siap dengan SKD dan beberapa berkas pelengkap, jadwal simaksi yang kami buat secara online yaitu 26 Juni 2018. Kabarnya kuota pendakian saat itu sudah penuh *maklum musim liburan sekolah, untungnya kami sudah mendaftar sebelum kuota pendakian tersebut benar-benar penuh.
Perjalanan masih tetap dijalur yang hampir sama seperti menuju kawasan bromo tengger, bedanya ada pertigaan yang menuju ke Desa Ranu Pane, sebelum sampai di Ranu Pene cuaca hujan di kawasan Gubug Klakah, kami singgah di sebuah masjid untuk berteduh, ternyata hujan malah semakin deras tak lama ada warga yang menumpangkan kami untuk singgah rumahnya sekedar berteduh hingga hujan benar-benar reda.
Nama bapak yang tinggal di Gubug Klakah tersebut adalah pak Hadi, pak Hadi tinggal bersama istri dan satu anak bungsu nya tepat dibelakang masjid yang kami singgahi, mereka baik sekali menawarkan tumpangan, bahkan mereka menyarankan untuk menginap semalam dan besok paginya baru lanjut ke Ranu Pane. Kebetulan istri pak hadi juga bekerja di Ranu Pane.
Selasa, 26 Juni 2018 pagi hari perjalanan dilanjutkan ke Desa Ranu Pane, dengan melewati jalan menanjak dan yang berliku akhirnya kami tiba di Ranu Pane pukul 06.38 pagi cuaca disana cukup dingin yakni 11 derajat celcius. Setelah urusan berkas selesai saya diajak untuk ikut briefing yang dipimpin oleh Mas Cak Yo. Awalnya kami membawa drone dan ternyata drone tidak diperkenankan digunakan di kawasan TNBTS karena terdapat zona inti yang tidak boleh di expose karena wilayah konservasi jadi drone harus dititipkan basecamp Ranu Pane.
Nah dalam briefing tersebut saya merangkumnya seperti ini :
DON’T:
- Dilarang membuat api unggun di area gunung
- Boleh membawa drone asalkan ada izin dari badan konservasi
- Nggak boleh berenang dan mencemari danau Ranu Kumbolo
- Jangan mengganggu habitat asli yang ada di gunung
- WAJIB bawa sampah turun kebawah!!
- Klo mau ke summit ikutin trek yang sudah ditentukan, jangan sok-sokan cari rute baru dari pada hilang
- Nanti ditambahin lagi klo inget…
DO:
- Membuat tenda di wilayah yang sudah ditentukan (Ranu Kumbolo/Kalimati)
- Saling menyapa pendaki lain karena semua pendaki bersaudara. Nggak ada yang nolongin kita pas tar diatas kecuali pendaki lain kan ^_^
- Banyakin foto!!! HAHAHA
Pukul 08.00, tiket pendakian Gunung Semeru yang merupakan gunung terpopuler di Jawa Timursudah ada di tangan, rasanya kaki ini sudah tak sabar ingin segera melangkah memulai perjalanan panjang pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa ini, tapi kami sarapan Nasi Soto dulu di Ranu Pane, hehe.
‘Selamat Datang Para Pendaki Gunung Semeru‘, sambut tulisan di gapura yang membuat saya tersenyum sembari membatin, ‘Akhirnya, saya diberi kesempatan juga untuk berangkat mendaki Semeru! Bismillah!’. Diawal perjalanan menuju pos 1, kita akan bertemu dengan jalan bercabang. Ambillah jalur kiri, karena jalur kanan mengarah ke perkebunan warga. Di trek awal inilah, semua bayangan pendakian Semeru yang ada di kepala saya mulai tumbuh menjadi nyata.
Kembali ke perjalanan, untuk sampai di Ranu Kumbolo, kami harus melewati 4 pos dan sedikitnya dua titik penting, yakni Landengan Dowo dan Watu Rejeng. Total jarak yang harus ditempuh pendaki dalam perjalanan Ranupani-Ranu Kumbolo adalah 10,5 km atau dengan konversi waktu sekitar 5-6 jam jika kamu berjalan dengan kecepatan sedang. Jika kamu berjalan sangat lambat, dengan banyak istirahat dan sesekali tidur pulas, lama waktu perjalanan bisa membengkak jadi 2 hari 3 malam, hehe, becanda gais.
Di sepanjang perjalanan kami juga sering berpapasan dengan pendaki lain, baik mereka yang sedang turun maupun sama-sama naik, dan seperti biasa kami saling tegur sapa dengan ucapan, “Monggo”, atau “Mari, Mbak”, atau sekadar “Yook”. Tak jarang pendaki yang sedang turun memberikan motivasi pembangkit semangat pada kami, “Semangat, Mbak. Puncak udah deket mbak!”, deket apaan!!
Medan pendakian dari pos pemberangkatan menuju pos 1, lanjut pos 2, dan kemudian pos 3 masih relatif landai, namun jaraknya lumayan panjang juga. Karena tenaga masih fresh dan barang yang saya bawa tak terlalu banyak, saya bisa berjalan dengan speed yang cukup cepat. Namun, jangan bandingkan dengan Yandy, dia adalah andalan saya, membawa beban dua kali lipat dari yang sanggup saya bawa, yang di dalam carrier-nya ada tenda dan alat masak, cerriernya bener-bener super berat gais! Thanks Yandy.
Yandy sudah pernah naik ke Gunung Semeru sebanyak empat kali, Agustus nanti dia naik lagi *nih anak gak pernah bosan-bosannya naik gunung hahah. Sedangkan Saya? Hanyalah-seorang-anak-perempuan-yang-baru-naik-kelas-jadi-pendaki-pemula-yang-sok-memikirkan-nasib-bangsa-disamping-tetap-gemar-menulis-blog.
Bagi pendaki yang baru pertama kali mendaki ke gunung Semeru, tak perlu khawatir, kondisi jalur pendakian Semeru relatif jelas dan aman, bahkan sampai daerah antara pos 2 dan pos 3 telah dibangun trek paving block yang sangat nyaman, meski sebagian besar tinggal tersisa separuh, lantaran terkena longsoran kecil dari atas tebing. Di perjalanan ini, kami juga menemukan sedikitnya dua titik longsor yang mengharuskan para pendaki yang naik dan turun untuk mengantri bergantian berbagi jalur.
Trek dengan medan cukup berat baru kami rasakan setelah lewat dari pos 3. Tanjakan dengan kemiringan sekitar 60 derajat membuat kami cukup ngos-ngosan. Namun jarak antara pos 3 dan pos 4 tidak terlalu jauh. Rasio tanjakan dan turunannya pun, katakanlah, 50:50. Sesampainya di pertengahan pos 3 menuju pos 4, kamu mungkin akan mulai tersenyum dan mempercepat langkah kakimu – atau justru malah melambat, terganggu dengan kesibukan selfie.
Ya, menjelang sampai di pos 4, kami sudah bisa melihat kecantikan Ranu kumbolo, tempat yang dijuluki sebagai surganya Gunung Semeru. Ranu Kumbolo memang sungguh amazing. Keindahan yang ditawarkannya merupakan sebuah kemewahan yang tak sembarang orang bisa meraihnya. Dan jika ingin menjadi saksi keerotisan keeksotisan danau seluas 15 hektare di ketinggian 2400 Mdpl ini, kamu harus bersiap melawan lelah karena perjalanan dan udara dingin yang super gila.
Tempat indah ini dikelilingi bukit-bukit cantik dengan pepohonan dan rumput gunung yang membentang sepanjang mata memandang, dipadu dengan jernihnya air yang tenang dari kejauhan yang menambah indah suasana.
Orang-orang biasanya cuma sampai Ranu Kumbolo, stay 1 malam lalu turun lagi. Ingat, perjalanan dari Ranu Pane ke Ranu Kumbolo -+5jam dengan syarat nggak kebanyakan selfie dijalan ya! hehehe.
Kami Memilih Bermalam di Ranu Kumbolo
Sejatinya jika ingin sampai ke Mahameru sedangkan fisikmu tidak mendukung, ada baiknya kamu camp dulu di Ranu Kumbolo untuk memulihkan tenaga. Baru esok harinya perjalanan bisa dilanjut menuju Kalimati. Sebab, setelah berjalan seharian, kemudian tengah malam harus bersiap melakoni summit attack, tentunya selain mental kuat, kamu juga butuh fisik yang sangat prima.
Kalau ditanya do all the hardworks worth it ? Saya akan bilang iya, karena worth atau enggaknya sesuatu untuk diperjuangkan adalah no ke sekian, yang utama adalah pengalaman yang didapat. Just try it, so that we will know whether it is good or not.
Baca Juga : Pendakian Gunung Semeru 3676 mdpl: Mahameru yang Gagah
cheers,
Siti Mustiani