Daerah Perbatasan RI-Malaysia (Jagoi Babang)

Lokasi ini tidak seperti PLBN (Pos Lintas Batas Negara) pada umumnya, daerah perbatasan Bengkayang (Indonesia) – Sarawak (Malaysia) ini memang bukan tempat PLBN utama dengan fasilitas lengkap, tapi ini bisa digunakan bagi mereka yang tinggal di daerah perbatasan.

Misalnya untuk kegiatan festival gawai oleh masyarakat Dayak Bidayuh yang tinggal di satu daerah namun beda negara ini.

FYI, Provinsi Kalimantan Barat memilliki tiga PLBN besar, yaitu PLBN Aruk (Kabupaten Sambas), PLBN Entikong (Kabupaten Sanggau), dan PLBN Nanga Badau (Kabupaten Kapuas Hulu).

Perjalananku ke lokasi perbatasan Indonesia-Malaysia di bagian Jagoi Babang ini sangat spesial, disana saya melihat perbedaan gradasi budaya yang ada di dua negara tersebut. Lokasi ini juga dibuat beberapa bagunan yang tetap mengedepankan karakter Indonesia.

Nah, di artikel ini akan saya ceritakan bagaimana penampakan daerah perbatasan di bagian Indonesia ya.

Pos Terpadu Lintas Batas RI-Malaysia

Sebelum masuk ke jalan utama di perbatasan (Jalan Dwikora), kita akan melihat beberapa bangunan pemerintahan yaitu Pos Terpadu Lintas Batas RI-Malaysia dari Imigrasi. Tentu fungsinya untuk kamu yang berencana keluar wilayah Indonesia lewat perbatasan ini.

Nah, kalau tidak berencana ke luar wilayah atau hanya sekedar melihat-lihat daerah perbatasan tentu tidak perlu melapor. Yah, paling ditanya-tanya sama petugas yang berjaga disana saja.

Tugu Garuda

Setelah melewati gedung Pos Lintas Batas ada sebuah lapangan dengan berdirinya tugu garuda dan beberapa bendera Indonesia. Sepertinya tempat ini juga digunakan oleh petugas Imigrasi dan TNI untuk melaksanakan upacara, tempatnya terbuka dan boleh dikunjungi oleh siapa saja.

Dibagian bawah tugu terdapat sebuah relief atau gambar timbul yang menunjukkan sebuah budaya asli yang ada di daerah tersebut. Yap, ini adalah gambar masyarakat Suku Dayak Bidayuh yang tinggal di lokasi ini (termasuk di bagian Sarawak Malaysia).

Relief / Gambar Timbul

Bergeser sedikit ke lokasi perbatasan, yah kita sampai di daerah titik nol. Sebuah bangunan bertuliskan Slamat Nog Batas Titik Nol Indonesia-Malaysia Jagoi Babang Bengkayang yang dibuat oleh pemerintah daerah Kabupaten Bengkayang.

Titik Nol

Bagunan tugu ini menandakan bahwa kita sudah berada di titik nol perbatasan. Bagunan ini sebenarnya juga baru dibuat 2018 silam, yang disponsori oleh: Mahut Nyandau, Jutin La’Is, Limen Aka Lingai, Antonius Atong Nyandau, dan Alek Sander. Serta didukung oleh Kabag Perbatasan Bpk. Gustian Andiwinata dan Bupati Bengkayang Suryadman Gidot.

Mari jalan sedikit ke pos penjagaan dekat portal. Meskipun terlihat hanya pos kecil, tapi tidak sebarang orang boleh melintas (lagi pula saya tidak membawa paspor) karena lokasi ini cukup terjaga dengan baik oleh petugas TNI.

Aturan Pelintas Batas

Petugas TNI yang menjaga di daerah ini selalu berganti-ganti setiap tiga bulan, tidak jarang mereka merupakan abdi negara dari berbagai negara. Bahkan petugas yang saya temui saat berkenjung disini adalah Pak Yanto dari Jawa Tengah sudah bertugas dua bulan, bulan depan beliau akan dipindah tugaskan lagi ke daerah lain.

Plang Perbatasan
Berdiri diantara dua negara
Tugu/Pilar Batas Negara RI-Malaysia

Hal menarik lainnya yang saya temui di daerah ini adalah saat singgah ke warung dekat dengan pos penjaga portal. Warung ini masih masuk wilayah Indonesia, namun produk yang dijualnya sebagian besar adalah produk dari Malaysia, seperti beberapa snack dan tabung gas petronas.

Warung di Perbatasan Jagoi Babang

Sepertinya warung ini juga menerima dua mata uang ya yaitu Rupiah Indonesia dan Ringgit Malaysia.

Nah, itulah cerita singkat saya mampir ke daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Melihat kesederhanaan dan cerita baru tentu menjadi momen yang dapat saya tuliskan di blog ini. Mungkin suatu saat saya akan mampir lagi dengan cerita yang berbeda.

Share this post:

14 thoughts on “Daerah Perbatasan RI-Malaysia (Jagoi Babang)

  1. Senang banget itu Mbak bisa berada di perbatasan negara NKRI dan negara tetangga. Suka dukanya pasti terasa ya. Jika berkesempatan ke perbatasan saya pun pasti akan menuliskannya secara hal seperti ini tuh susah didapat. Tidak semua orang bisa melancong ke perbatasan

  2. Loh yang perbatasan ini belum dibangun megah seperti PLBN lainnya di Kalimantan ya kak. Kok bangunannya masih ala kadarnya gitu yak.

    Duh pgn banget sih bisa traveling ke destinasi yg jarang dikunjungi bnyk org kyk gini, kecuali org2 yg selalu melintasi PLBN ini.

    Habis biaya brp ya kak ke lokasi PLBN ini. Pgnnya ke PLBN yg megah itu sih😁

  3. Diriku juga pernah sampe kesini sewaktu pulang dari menonton acara nyobeng dari sebujit. Kebetulan jajan Bir favorit yang susah dicari di Pontianak dan banyak di perbatasan. Akhirnya jajaaaaan lumayan banyak deh hehehehe

  4. Pengen ih berdiri juga di perbatasan dua negara, wkwk. Masih masuk wilayah Indonesia tapi bisa jajan jajanan Malaysia hihi. Bisa pake rupiah lagi woohoo

  5. Wah kak Siti bisa berada di daerah perbatasan. Unik dengan lokasi yang bisa menerima pembayaran dua negara ya, begitupun juga budaya yang pastinya terserap 2 negara juga

  6. Wah aku penasaran banget sama tempat-tempat yang jadi perbatasan negara ini. Mereka yang tinggal di sana gimana ya kehidupannya? Jadi ingat sama filmnya Desi mizwar dulu yang bercerita tentang kota perbatasan di kalbar sana

  7. lebih banyak produk Malaysia yang dijual di warung-warung ya? Apa karena lebih gampang akses dan jadi lebih murah ya harganya dibandung harus nunggu rantai pasok dari wilayah2 kota di Kalimantan ya? Menarik juga ya mereka pake dua mata uang buat sehari2, itungan kurs mesti jago, aku mesti harus mikir soal perbedaan nilai uangnya hihi

  8. Sekarang tuh pemerintah sudah mulai pengertian dan membenahi daerah perbatasan ya, secara memang jadi wajah pertama negeri kita tercinta kan di mata negara tetangga, beda langkah dikit auto beda negara yaa hihi

  9. Menarik nih ceritanya… Selalu penasaran sama kehidupan masyarakat yg berada di wilayah perbatasan. Berarti mereka yg tinggal di perbatasan gitu kemungkinan besar hampir semuanya punya paspor kali ya… Biar bisa bebas dan mudah keluar masuk perbatasan kalau ada urusan ke wilayah negara seberang.

  10. HIhii…berasa uda keluar negeri ya, kak..tapi gak perlu pasport.
    Unik sekali kisah perjalanan dan pengalaman di Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. .

  11. kok aku gemes ya liatnya tinggal di perbatasan gitu, hehe.. selangkah bisa ke negeri lain hehe.. baru denger ya ampun namanya Babang aku kira td sebutan orang 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *