Indonesia Merdeka dari Karhutla (?)

Emang boleh kabut asap kebakaran setebal ini???

Buat yang mengalami hal yang sama STAY SAFE yaaahhh, kurangi kegiatan di luar ruangan, jangan lupa pake masker, dan minum air putih yang banyak. Saya berkata demikian karena hari kemerdekaan tahun ini saya tak bisa keluar rumah yang disebabkan SAKIT 😷

Yah, saya harus istirahat beberapa minggu karena kondisi badan benar-benar drop akibat kualitas udara yang buruk, cuaca yang tidak menentu, ditambah daya tahan tubuh yang lemah, huhu.

Kira-kira bisa gak ya kita merdeka dari karhutla (kebakaran hutan dan lahan). Dan, keluar dari lingkaran setan alih fungsi lahan? Terutama di lahan gambut seperti Kalimantan ini? Sedikit banyak pembahasan yang saya lakukan bersama teman-teman Eco Blogger Squad melalui zoom meeting dengan Pantau Gambut. Pembahasan yang mungkin sudah gak asing, tapi harus tetap dilanjutkan agar banyak yang mengerti pentingnya isu ini. Pertemuan kali ini berjudul “#BersamaBergerakBerdaya Indonesia Merdeka dari Kebakaran Hutan dan Lahan” yang disampaikan langsung oleh Koordinator Nasional Pantau Gambut, yaitu Mbak Iola Abas pada 11 Agustus 2023.

Kayaknya saya sendiri pun gak pernah capek sih bahas tentang Gambut, yang katanya lahan tidak produktif, dan penyebab kebakaran hutan. Padahal nyatanya lahan gambut di Indonesia bernilai sangat penting bagi dunia, karena menyimpan 53-60 miliar ton karbon (30% karbon dunia), hal ini membuat kawasan ini sebagai salah satu kawasan utama penyimpan karbon terbesar di dunia. Surga karbon lahan gambut Indonesia, hanya mampu ditandingi oleh hutan hujan tropis di Amazon yang menyimpan 86 miliar ton karbon.

Karena lahannya cukup basah dan lembab, berbagai jenis Fungi dan Lumut dapat tumbuh di lahan gambut. Selain itu, air yang dihasilkan oleh lahan gambut juga dapat berfungsi sebagai pencegah pencapuran air asin di irigasi pertanian.

Perubahan iklim semakin nyata dan akan terus terjadi jika Hutan Rawa Gambut kehilangan fungsi aslinya. Bila lahan gambut tersebut rusak parah, bisa dibayangkan resiko pada peningkatan emisi dan efek rumah kaca di Bumi?

TAPI SAYANGNYA, LAHAN GAMBUT KITA SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA!

Pada tahun 2019, luas lahan gambut Indonesia sebesar 13,43 juta hektar, turun 1,5 juta hektar dibandingkan tahun 2011 yakni 14,93 juta hektar. Dan yang tidak pernah saya lupakan adalah kebakaran hutan pada tahun 2015 yang menghanguskan 2,6 juta hektar lahan dengan 35 persennya (869.754 hektar) merupakan lahan gambut. Dengan total kerugian hingga Rp 220 triliun plus 500.000 orang menderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), kejadian karhutla kala itu sempat memperburuk citra Indonesia di mata dunia.

Lahan gambut memang seringkali dianggap sebagai lahan terbuang yang dapat dikeringkan dan dialihfungsikan. Anggapan ini telah menjadi salah satu penyebab utama degradasi dan alih fungsi lahan gambut, terutama akibat semakin terbatasnya ketersediaan lahan mineral.

Kebakaran Lahan Gambut
Kerusakan Ekosistem Lahan Gambut (foto: theconversation.com, kumparan.com, kaltim.idntimes.com, batamtoday.com)

Demi kepentingan pembukaan lahan untuk keperluan komersil seperti: penambangan, perkebunan sawit, mendirikan perumahan, dialih fungsikan, hingga perburuan hewan, lahan gambut sengaja dibakar agar mempercepat perluasan lahan, mencegah air masuk kembali membanjiri kawasan gambut, dan mempermudah penangkapan satwa liar. Miris bukan?

Siklus pengeringan lahan gambut dan asap yang dihasilkan dari kebakaran yang terus berlangsung menjadi sumber emisi karbon yang tidak akan berhenti. Faktanya praktik pembakaran satu hektar lahan gambut di wilayah tropis seperti ini, ternyata akan menghasilkan rata-rata 55 metrik ton CO2 (Karbon Dioksida/Zat Asam Arang) setiap tahun, hal tersebut sama dengan membakar lebih dari 6.000 galon bensin.

Akibatnya banyak timbul bencana seperti: banjir, kebakaran, kabut asap, pencemaran tanah, terganggunya aktivitas, mempercepat laju perubahan iklim, hingga hilangnya keanekaragaman hayati.

Bencana Banjir, Kabut Asap, Kebakran, Perubahan Iklim
Bencana Banjir, Kabut Asap, Kebakaran, Perubahan Iklim hingga Punahnya Biodiversitas

Selain mengakibatkan penurunan muka lahan gambut (subsiden tanah), lahan gambut yang terbakar juga menyebabkan kerugian komponen ekonomi, ada empat komponen biaya sebagai dampak dari kerusakan gambut tersebut, yaitu kerugian ekologis, biaya kerusakan ekonomi terdiri hilangnya umur pakai akibat kegiatan pembakaran, kerusakan tidak ternilai (inmaterial), dan biaya pemulihan.

Selain membutuhkan biaya tinggi, pemulihan gambut memerlukan waktu yang sangat lama. Artinya, selama belum terpulihkan karhutla dan asap masih menjadi ancaman serius yang dapat terakumulasi di satu waktu. Belum lagi beberapa penyakit seperti gangguan pernapasan (ISPA) hingga menyebabkan meninggal dunia. Coba deh bayangkan… resiko terkena ISPA karena karhutla, padahal COVID-19 baru aja mereda 😖⁠.

Dampak terburuk masih bisa dicegah, jika kita dan pemerintah segera beraksi serius mulai hari ini!

KINI SAATNYA, MELINDUNGI YANG MASIH TERSISA DAN MEMULIHKAN YANG RUSAK.

Pemulihan lahan gambut tentu tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Tapi, perlu dilakukan langkah yang tepat untuk sampai pada kondisi lahan gambut yang baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah RESTORASI.

Restorasi Lahan Gambut 3R
Strategi Restorasi Lahan Gambut (referensi: Badan Restorasi Gambut)

Restorasi gambut bertujuan untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut dan sejahteraan masyarakat. Upaya restorasi gambut dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pembasahan, penanaman ulang, dan merevitalisasi sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Tentunya Restorasi Gambut ini memiliki manfaat untuk: mencegah kebakaran hutan dan lahan, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan memulihkan ekosistem gambut rusak, serta meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar lahan gambut.

Kita juga bisa terus mendorong pemerintah agar semakin serius dan konsisten dalam komitmen-nya untuk perlindungan dan pengelolaan lahan gambut yang lestari.

  • Peraturan Pemerintah (PP) No. 57 tahun 2016 jo PP No. 71 tahun 2014. Perlindungan Total pada Hutan Alam, Lahan Gambut, dan Daerah Pesisir.
  • Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 tahun 2019. Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Inpres ini merupakan (perbaikan dari Inpres No. 6 tahun 2017 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut).

Bersama kita Pantau Gambut, pastikan ekosistem lahan gambut yang kita miliki ini, tetap ada dan ditumbuhi dan ditinggali oleh biodiversitas pada lahan sebenarnya. Karena pada dasarnya, melindungi lahan gambut bukanlah upaya perlindungan tumbuhan dan hewan semata, namun juga upaya memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan, dan melindungi manusia dari bencana.

Terus sebarkan kepedulian kita, konsisten menyuarakan isu lingkungan, dan bersama kita mendorong komitmen pemerintah agar perlindungan flora dan fauna beserta ekosistem termasuk statusnya merupakan hal yang sangat penting. Selain itu, ada banyak cara untuk kita saling bekerjasama dalam hal melindungi lahan gambut sekaligus menyelamatkan keanekaragaman hayati yang ada didalamnya.

Kita bisa memulainya dari diri sendiri, terus belajar dan membagikan yang baik, pikirkan kembali bahwa dimana lagi kita akan tinggal selain di Bumi. Tolak alih fungsi lahan yang merusak gambut kebanggaan kita ini.

Selain itu kamu juga bisa ikut tantangan menyelamatkan Bumi di TeamUpForImpact yang lebih menyenangkan, saya sudah punya satu bibit pohon untuk ditanam melalui TeamUpForImpact kamu? Yuk, bersama saling menjaga dan menyelamatkan Lahan Gambut di Indonesia.

Semoga artikel ini bermanfaat, be awesome and save nature! YUK JADI GENERASI MUDA YANG CINTA DENGAN ALAM! BersamaBergerakBerdaya #TeamUpForImpact #UntukmuBumiku #EcoBloggerSquad #SeniorEBS @pantaugambut @teamupforimpact @ecobloggersquad

Share this post:

15 thoughts on “Indonesia Merdeka dari Karhutla (?)

  1. Sekarang ini langit Jakarta dan Depok juga berkabut, Mbak. Ini akibat dari polusi udara yang tinggi. Terus bicara soal lahan gambut, ini memang masih PR besar. Apalagi masih terus ada kabar ada lahan gambut terbakar. Semua karena orang-orang yang tak bertangging jawab mengubah fungsi lahan gambut. Makanya tugas kita semua menjaga lahan gambut yang ada, plus memperbaiki lahan gambut yang rusak, agar lahan gambut bisa memberi manfaatnya kembali.

  2. Padahal ya, kebakaran di lahan gambut tuh susah sekali dipadamkan. Bener sih di permukaan padam. Tapi belum tentu di kedalamannya juga padam. Soal anggapan bahwa lahan gambut adalah lahan terbuang, aku juga pernah dengar sih. Padahal kan nggak begitu ya…

  3. Sedih banget baca data lahan gambut yang pernah terbakar separah itu di 2015. Solusinya memang kudu di restorasi yah, walo pun hasilnya nggak instan. Sekaligus terus desak pemerintah juga sesuai sama komitmennya, plus kesadaran masyarakat juga supaya bisa pantau terus lahan gambut yang super bermanfaat buat kehidupan kita ke depannya.

  4. Kasus karhutla di Indonesia itu ada aja. Banyak sekali yang kayak sengaja membuat kebakaran. Apalagi yang terjadi pada lahan gambut. Udahlah lahan gambut ini berfungsi untuk menjaga ekosistem, tapi seringnya dirusak, dan sekejap mata kebakaran. Udah saatnya kita bergerak bersama dan berdaya untuk cegah karhutla.

  5. Ngeri banget ya, efek dan dampak dari kebakaran hutan ini. Apalagi yang terbakar hutan gambut. Pastinya butuh berbulan-bulan untuk memadamkannya. Secara kebakarannya itu bisa sampai bagian akar 4 m di bawah tanah.

  6. Kasus Karhutla ini semakin banyak ya di Indonesia dan pastinya semakin membuat hutan Indonesia terganggu ekosistemnya dan tidak hanya berimpek buat lingkungan tapi juga untuk manusianya. Semoga setelah ini semakin banyak orang yang sadar dan tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan lagi

  7. Masih jadi jawaban yang misterius ini, apa bener kitab isa Merdeka dari karhutlan? Apalagi dengan daerah lahan gambut kek Kalimantan. Kayanya beritanya karhutla bae sii. Apalagi yang tahun 2015 sama 2019 tuh parah bangettt! Butuh kerja sama banget dari semua pihak buat melindungi dan memulihkan lahan yang rusak.

  8. sedih banget kalo denger berita karhutla ini. nggak bisa bayangin sama masyaralat sekitar yang terdampak langsung. mana terkadang nggak bisa dipadamin dalam waktu singkat pula. semoga aja kita segera bisa merdeka dari karhutla

  9. Bukan hanya manusianya sendiri yang menderita kalau lahan gambut terbakar ya, tapi banyak pengaruhnya pada iklim dan lingkungan hidup. Semoga dengan kampanye ini seluruh lapisan masyarakat tergerak untuk mencegah karhutla.

  10. Daku pun juga sempat sakit kak, karena di sini polusi udaranya lagi gak banget. Memang harus yuk jaga lingkungan kita ini agar tetap hijau, jangan biarkan hutan kita makin tergerus

  11. Ngeri emangg inii polusi akhir2 ini, aku ikutan batuk2, semacam psikosomatis gitu lah.. padahal di Malang. Meskipun kualitas udaranya juga ngga ada yang ijo :((

  12. Karhutla di Indonesia selalu ada, apalagi di musim kemarau panjang. Perlu kesadaran bersama.untuk bisa menajga hutan agar tetap lestari, terhindar dari kebakaran hutan dan lahan.

  13. Miris bgt ya kak lahan gambut kita banyak dialihfungsikan menjadi pemukiman hingga kebun kelapa sawit. Padahal fungsi lahan gambut tuh penting bgt utk menjaga kelestarian air di dlmnya serta flora faunan di sekitarnya.

    Kalo udh kebakaran hutan kayak gini, smua pasti saling menuding biang keroknya. Ayo ga usah salah2an deh. Semua hrs introspeksi. Termasuk pemerintah yg hrs tegas menegakkan aturan ttg lahan gambut ini.

  14. Turut bersedih semoga kualitas udara kita segera membaik…sedih aku denger hutan kebakaran kasian yg di sekitarnya.

    Perlu kerjasama kita smua untuk perduli lingkungan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *