The Chinese History Museum Kuching
Museum ini terbuka untuk umum serta tidak ada biaya tiket masuk alias gratis dan masih di lokasi sekitar Waterfront Kuching. Bangunan berbentuk persegi berwarna merah muda dari luar ini, merupakan satu diantara banyaknya museum yang ada di Kuching, Sarawak, Malaysia. Namanya The Chinese History Museum Kuching atau Musium Sejarah Cina di Kuching.
Dari luar keliatannya bangunan ini tidak begitu besar, tapi mereka punya pintu masuk dan pintu keluar yang berbeda loh. Penasaran dengan apa yang di dalam? Mari kita explore satu per-satu.
Sebelum pintu masuk ada sebuah prasasti atau tulisan yang diukir pada sebuah keramik, bertuliskan “Chinese Chamber of Commerce (1912), Kuching, Sarawak“. Lalu dibawahnya ada keterangan yang ditulis dengan dua bahasa, yaitu Melayu (Malaysia) dan Inggris, dimana isinya adalah sebuah deklarasi tentang budaya Cina sesuai kehendak Rajah Charles Vyner Brooke sejak tahun 1912, dan sekarang dijadikan Muzium Sejarah Cina yang diresmikan pada tahun 1992.
Budaya Chinese atau Tionghoa di Asia Tenggara khususnya Borneo (Kalimantan) memang menarik, seperti yang kita tahu bahwa mereka ini adalah pendatang yang sudah menetap sejak lama dan sudah tersebar dimana-mana tak hanya di Malaysia tapi juga termasuk Indonesia dan Singapura. Hingga sekarang peranakan-nya sudah menetap di sini.
Saat masuk museum ini pengunjung akan disambut oleh petugas yang berjaga, dekat meja recceptionis ada sebuah ruangan bioskop mini yang didalamnya ditayangkan sebuah video perjalanan masyarakat Tionghoa berlayar hingga menemukan daratan Borneo dan bertemu dengan orang lokal. Sampai akhirnya mereka bercocok tanam, berdagang, mendirikan rumah hingga sekolah.
Nah, di museum inilah beberapa benda-benda peninggalan yang sudah jarang dilihat sekarang hingga yang masih bertahan di-display di sini. Mulai dari transportasi tradisional, alat musik, hingga peralatan rumah hingga replika sekolah juga ada.
Satu ruangan yang menarik dan favorit aku adalah replika ruang kelas ini, terdapat papan tulis hijau bertuliskan huruf kanji mandarin dengan kapur ini benar-benar bikin nostalgia. Jujur saja saat saya sekolah dulu suasananya juga seperti ini, maklum saya juga tinggal dan bersekolah di lingkungan masyarakat Tionghoa.
Bangku (meja kursi) yang terbuat dari kayu memanjang ini juga, penjunjung juga diperbolehkan duduk kok asal jangan sampai merusak properti saja. Gimana, apakah pose foto saya sudah mirip seperti anak sekolah? Hehehe, just for fun ❤️
Oh iya, ada satu lagi nih spot menarik di museum ini, yaitu spot sub suku budaya tionghoa yang dibedakan dari logat atau dialek dan jenis pekerjaan dari subsuku tersebut. Beberapa sub suku tersebut adalah: Hakka, Cantonese, Hokkien, Tiochiu, Hainan, Foochow, dan Chao Ann.
Setiap sub suku ini diberi gambar lengkap dengan penjelasan dan tombol audio recorder jika ingin mendengar suara dari logat mereka masing-masing. Beberapa dialek yang biasa saya dengar di Pontianak adakah Hakka dan Tiochiu.
Masih banyak spot sebenarnya yang cukup menarik, tapi tak sempat saya dokumentasikan karena saking inginnya membaca dan melihat saja. Seperti rangkaian tanggal perayaan tahunan, permainan tradisional, pakaian adat, alat musik, kuas untuk menulis, dan masih banyak lagi.
Tapi ada satu sudut yang membuat saya berdiri cukup lama, yaitu sudut Family Name yess, seperti kebanyakan orang keturunan Tionghoa ini memang punya marga alias nama keturunan keluarga, dan ternyata semua tertulis, jumlahnya ada ratusan. Kalau kamu punya nama Cina coba cek ada gak di sini?
Overall, meskipun singkat tapi menyenangkan sekali bisa melihat-lihat perjalanan sejarah Cina di museum ini. Tak sekedar belajar sejarah, berwisata di sini juga menambah pengetahuan sambil bernostalgia tentunya.
Chinese History Museum
📍Chinese History Museum, Jalan Bazar, 93100 Kuching, Sarawak, Malaysia
Operating Hours:
Monday – Friday (9.00am – 4.45pm)
Weekends, Public Holidays (10.00am – 4.00pm)