Lindungi Lahan Gambut, Lindungi Fauna Indonesia

Indonesia merupakan sebuah negara yang sangat kaya, tidak hanya kaya akan keanekaragaman budaya masyarakatnya, tapi juga sumber daya alam termasuk komponen biotik dan abiotik yang ada didalamnya seperti hewan, tumbuhan, dan unsur alam yang diciptakan oleh Tuhan.

Bicara soal sumber daya alam sebenarnya tidak hanya tentang flora, fauna, udara, sinar matahari, dan air saja. Namun juga ada satu unsur yang tidak kalah penting keberadaannya yaitu TANAH. Meskipun elemen tanah tidak bernyawa, tapi keberadaan tanah sangat penting, bukan hanya sebagai tempat berpijak berupa daratan tapi juga sebagai sumber kehidupan dan rumah bagi semua makhluk hidup yang ada di Bumi.

Tanah terdiri dari berbagai jenis, satu diantaranya adalah Tanah Gambut yang berada di Lahan Gambut, di Indonesia sendiri Lahan Gambut ini banyak ditemukan di berbagai daerah luar pulau Jawa yang memiliki hujan hutan tropis seperti Kalimantan, Papua, Riau, dan beberapa provinsi lainnya, bahkan jika semuanya digabungkan dapat menepati angka yang termasuk terluas di dunia.

Bangga dong pastinya jadi tuan rumah untuk gambut tropis terluas yang berisi cadangan karbon dalam jumlah besar ini.

Lihatlah beberapa foto saya di Kalimantan Barat (daerah lahan gambut) berikut ini, mengagumkan bukan?

Lahan Gambut di Kalimantan Barat (Dok. Pribadi)

Gambut, mungkin bagi sebagian orang masih asing ketika mendengarnya, kata gambut sebenarnya berasal dari bahasa Banjar di Kalimantan Selatan. Tapi, jujur saja ketika mendengar kata gambut membuat saya pribadi merasa tidak asing lagi di telinga, karena saya lahir, tumbuh, dan tinggal di Provinsi Kalimantan Barat yang juga memiliki lahan tanah gambut yang begitu luas, dengan menepati posisi ke empat di Indonesia.

Bahkan, saya tidak heran, kalau ada kebakaran terjadi pasti akan lama dan berkepanjangan (mengingat jika dalam keadaan kering tanah gambut mudah terbakar, dan apinya dapat bertahan lama), dan tahu kenapa di Kalimantan Barat tidak punya banyak gedung tinggi?

Bahkan rumah bisa miring/retak kalau dibangun di atas tanah gambut tanpa konstruksi bangunan yang kuat, hal tersebut dapat terjadi karena tekstur tanah yang tidak padat, lembek, lunak, berserat seperti sabut kelapa, dan berpori-pori (bahkan, bisa merosot tenggelam ke dalamnya jika diletakkan alat berat).

Ciri ciri tanah gambut di Indonesia
Tanah Gambut di Indonesia (foto tanah gambut: harianrakyataceh.com)

Mungkin kamu pernah mendengar istilah Lahan Gambut saat belajar di sekolah pada mata pelajaran geografi. Banyak yang menyebutkan bahwa tanah gambut merupakan tanah basah atau banyak terdapat pada lahan dengan genangan air berlebihan seperti rawa, warna tanahnya hitam kemerahan termasuk air disekitarnya, airnya pun tidak mudah disaring (filter) untuk dikonsumsi, memiliki sifat asam yang tinggi, dan banyak yang mengatakan bahwa tanah gambut bukan media yang mudah untuk bercocok tanam.

Yap! Pernyataan tersebut memang benar, tapi tahu kah kamu dibalik itu semua ada keistimewaan lain dari lahan gambut. Misalnya seperti lahan gambut dapat mencegah perubahan cuaca ekstrem dan bencana alam, tempat tinggal para fauna edemik asli Indonesia, hingga menjadi salah satu sumber penunjang perekonomian masyarakat lokal. Penasaran seperti apa?

Bersyukur saya dapat berkesempatan untuk hadir di acara virtual gathering bersama teman-teman Eco Blogger Squad yang ke tiga kali ini, bersama pakar Lahan Gambut dan Fauna Indonesia pada 6 Agustus 2021.

Online Gathering kali ini bertema “Lindungi Lahan Gambut, Lindungi Fauna Indonesia” yang diisi oleh Iola Abas (Koordinator Nasional Pantau Gambut) dan Dr. Herliana Agustin (Peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran), tentunya menambah banyak insight positif bagi saya mengenai lingkungan di kawasan gambut.

Lindungi Lahan Gambut Lindungi Fauna Indonesia
Lindungi Lahan Gambut, Lindungi Fauna Indonesia

Pantau Gambut adalah wadah atau platform daring yang menyediakan akses terhadap informasi mengenai perkembangan kegiatan dan komitmen restorasi ekosistem gambut yang dilakukan oleh segenap pemangku kepentingan di Indonesia.

Nah, agar ilmu dan informasi yang saya dapatkan dari acara online ini bermanfaat tidak hanya untuk saya sendiri, melalui artikel kali ini saya ingin berbagi dan mengajak kamu untuk melihat lebih dekat soal lahan gambut di Indonesia (terutama di Kalimantan) dan mengenal berbagai ragam biodivesitas fauna yang ada di dalamnya, serta menjaganya agar tetap lestari tanpa perlu mengerutkan kening.

Mengenal Lebih Dekat dengan Lahan Gambut di Indonesia

Apa itu Gambut? Gambut atau Peatlands merupakan tanah di lahan basah dengan ekosistem yang unik, dimana terbentuk dari akibat timbunan materi organik seperti sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut, dan fosil hewan yang membusuk (dengan ketebalan 10-20 meter).

Timbunan tersebut menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan yang tebal (diperkirakan butuh waktu sekitar 2.000 tahun untuk membentuk gambut sedalam 4 meter).

Pada umumnya, gambut ditemukan di area yang basah dan harus memiliki genangan air, seperti rawa, diantara dua sungai (cekungan sungai), hingga daerah pesisir laut. Ekosistem lahan gambut biasanya juga terdapat di beberapa Taman Nasional, Hutan Lindung, Suaka Alam, Cagar Alam, Hutan Adat, dan kawasan hutan lainnya.

Biodiversitas Lahan Gambut Tropis
Biodiversitas Lahan Gambut Tropis

Kawasan Lahan Gambut di Indonesia menyimpan ragam keanekaragaman hayati, yang merupakan habitat berbagai flora dan fauna baik yang endemik maupun yang bukan endemik. Bahkan, dari 258.650 spesies pohon tinggi yang tercatat di dunia, 13%-15% terdapat di lahan gambut Indonesia, yaitu 35-40 ribu spesies pohon tinggi.

Sedangkan untuk satwanya sendiri lahan gambut di Indonesia terdapat 35 spesies mamalia, 150 spesies burung, dan 34 spesies ikan. Flora dan fauna ini harus diupayakan dalam hal perlindungan dan pengelolaannya demi generasi masa depan yang berkelanjutan.

Tingkat kedalaman gambut juga menentukan jumlah kandungan karbon dan jenis tanaman yang dapat hidup di ekosistem tersebut. Sehingga, semakin dalam tanah gambut, semakin banyak karbon yang terkandung.

Perlu diingat, tanah gambut yang sehat, adalah lahan gambut yang selalu basah. Jangan sampai kering, apalagi terbakar karena jika lahan gambut terbakar akan sulit untuk memadamkan apinya (termasuk api kecil yang berasal dari sisa puntung rokok). Apalagi api di lahan gambut dapat menyebar di tanah hingga kedalaman empat meter, bahkan apinya bisa bertahan selama berbulan-bulan kemudian menjalar ke tempat lain. Mengerikan bukan?

Bisa dikatakan wajar saja jika kebakaran terjadi di lahan gambut Indonesia, pasti akan berkepanjangan hingga merugikan banyak pihak. Selain apinya sulit untuk dipadamkan, Luas lahan Gambut Indonesia juga menepati posisi ke Empat Lahan Gambut Terbesar di dunia, dan jika dilihat dari kawasan daerah tropis, Indonesia memiliki Gambut Tropis Terluas ke Dua di dunia.

Sebaran Lahan Gambut di Indonesia
Lahan Gambut di Indonesia (referensi: pantaugambut.id, katadata.co.id)

Sebenarnya, luas lahan gambut di Indonesia sendiri belum dapat dipastikan dengan jelas.

Melihat angka yang diperoleh berdasarkan berbagai sumber perhitungan dari survey lapangan dan penelitian di beberapa tahun yang berbeda seperti berikut:

  • Pada 1992, Kusumo Nugroho, seorang peneliti dari Pusat Penelitian Tanah Bogor menemukan bahwa terdapat sekitar 15,4 juta hektar lahan gambut di Indonesia.
  • Pada 2005, Global Wetlands International memperkirakan terdapat sekitar 20,6 juta hektar lahan gambut di Indonesia.
  • Sementara pada 2011, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian dan Balai Penelitian Tanah memperkirakan ada sekitar 14,9 juta hektar lahan gambut di Indonesia. Dari 14,9 juta hektar, 6,4 juta hektar (43%) terletak di Pulau Sumatera, 4,8 juta (32%) terletak di Pulau Kalimantan, dan 3,7 juta hektar (25%) di Pulau Papua.

Bisa jadi perbedaan angka terbut karena perubahan luas lahan yang bertambah atau berkurang, meskipun begitu Lahan Gambut yang ada di Indonesia sendiri selain kaya akan keanekaragaman hayati, lahan ini juga bermanfaat sebagai penyelamat dan sumber ekonomi bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di sekitar lahan gambut, bahkan semua yang ada di Bumi.

Berikut beberapa diantara keistimewaan yang dimiliki dari adanya lahan gambut tropis di Indonesia:

1. Menurunkan Dampak Bencana Banjir dan Kemarau

Jika diperhatikan lebih dekat, tekstur tanah gambut memiliki daya serap air yang cukup tinggi, ibarat sebuah sponge besar yang dapat menyerap air saat musim penghujan yang kemudian disimpan dalam sebuah tangki air. Sehinga, saat musim kemarau tiba lahan gambut dapat menyediakan sumber air tanah yang dibutuhkan oleh makhluk hidup yang tinggal di dalam atau sekitarnya.

Infografis Danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu
Danau Sentarum di Kabupaten Kapuas Hulu (foto danau sentarum: ksmtour.com & wwf.id)

Salah satu daerah di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat juga memiliki lahan basah terbesar di Asia tepatnya di Danau Sentarum, danau musiman ini memiliki luas 132.000 ha. Danau dengan siklus pasang surut yang dipenuhi air tawar selayaknya bendungan alami yang dapat menampung air hujan selama 10 bulan dalam setahun, dan sisanya akan surut, kemudian membentuk kolam-kolam yang berisi ikan-ikan kecil.

Saat kemarau, air Danau Sentarum memasok setengah dari aliran air Sungai Kapuas yang panjangnya 1.143 km (termasuk anak-anak sungainya). Perlu kamu ketahui, musim seperti ini juga merupakan waktu terbaik dan ditunggu-tunggu oleh masyarakat lokal yang tinggal di kawasan Danau Sentarum untuk melakukan kegiatan panen raya (menangkap ikan).

Menariknya Lahan Gambut Tertua di dunia terdapat di pedalaman Kalimantan Barat termasuk di Danau Sentarum ini. Lahan gambut purba tersebut diperkirakan telah terbentuk sejak 47.800 tahun lalu dan memiliki lapisan yang sangat dalam, yakni 18 meter atau setara dengan tinggi bangunan enam lantai.

2. Sebagai Penunjang Perekonomian Masyarakat Lokal

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya di artikel ini, Lahan Gambut memiliki keanekaragaman tanaman dan hewan sebagai habitatnya. Lahan seperti ini juga bermanfaat sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lahan gambut, dengan pengelolaan dibidang pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.

Produk Lokal dari Lahan Gambut
Produk Lokal dari Lahan Gambut (foto: antaranews, intsgram.com/explorekapuashulu, unsurtani.com, pantaugambut.id, dan merdeka.com)

Memang tidak semua tanaman maupun hewan dapat hidup di lahan gambut, hanya beberapa diantaranya saja. Tapi, jika jenis tanaman tersebut berhasil ditanam seperti singkong, talas, nanas, lidah buaya, salak, sagu, sukun, sorgum, dan lain sebagainya atau ikan air tawar seperti arwana, nila, toman dan lainnya.

Jumlahnya akan cukup melimpah, bahkan jika diimbangi dengan perawatan khusus ukurannya pun bisa dikatanya lebih besar dibanding saat dibudidayakan pada lahan biasa. Bayangkan saja, di kawasan gambut bisa hidup seekor Ikan Arwana (Golden Red) yang dapat dibandrol dengan harga 14-48 juta.

Berbagai macam produk lokal yang dihasilkan dari Lahan Gambut juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi jika dikelola dengan baik. Belum lagi dari diversifikasi pangan dan sektor pariwisatanya, kekayaan dan keindahan alam di lahan gamut tentunya sangat berdampak positif apalagi untuk ketahanan pangan dan sumber ekonomi masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan.

3. Ekosistem Terbaik untuk Perlindungan Keanekaragaman Hayati

Ekosistem Gambut menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat berharga dan merupakan rumah untuk berkembang biak bagi flora dan fauna endemik yang rata-rata sudah masuk kedalam jenis yang dilindungi.

Jenis flora yang ada di lahan/hutan gambut diantaranya adalah anggrek, jelutung rawa, kantong semar, pohon ramin, pohon punak, dan meranti rawa. Sedangkan jenis faunanya seperti buaya sinyulong, trenggiling, langur, orangutan, macan tutul, harimau sumatera, beruang madu, enggang/rangkong, ikan air tawar (gabus, belida, toman, saluang, tapah), dan masih banyak lagi.

Keanekaragaman Hayati Hutan Lahan Gambut
Keanekaragaman Hayati di Hutan/Lahan Gambut (foto: goodnewsfromindonesia, wikipedia.org, suara.com. freepik.com, getborneo.com, dan rimbakita.com)

Berbagai macam flora dan fauna ini dapat tumbuh dan tinggal di lahan gambut. Beberapa jenis flora sangat berguna bagi masyarakat (sebagai obat-obatan) sehingga perlu dibudidayakan. Sementara itu, fauna yang tinggal di lahan gambut juga berperan penting dalam menjaga keberlangsungan hidup ekosistem hutan gambut lainnya.

Contohnya seperti Danau Sentarum di Kabupaten Kapuas Hulu, kawasan lahan gambut yang ditetapkan sebagai Taman Nasional ini menyimpan 265 jenis ikan air tawar, 675 spesies tanaman, 147 jenis mamalia, 311 jenis burung, 265 jenis ikan, 64 jenis reptil dan ampibi, dan 154 anggrek alam. Bahkan beberapa endemik satwa dan tumbuhan khas dari daerah ini telah telah dikenali dalam catatan penelitian/ilmuwan.

4. Lahan Gambut dapat Menjaga Perubahan Iklim

Tanah gambut bukanlah tanah gersang atau lahan yang tidak berguna, justru lahan gambut dapat menyimpan cadangan karbon yang besar dan alami loh. Perlu diketahui Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan yang ada di seluruh dunia sehingga karbondioksida yang terlepas ke udara dalam jumlah besar akan diserap sehingga tidak merusak atmosfer.

Hutan Gambut di Kapuas Hulu (Bukit Kedungkang Kapuas Hulu, Dok. Pribadi)

Lahan gambut di Indonesia bernilai sangat penting bagi dunia, karena menyimpan 53-60 miliar ton karbon (30% karbon dunia), hal ini membuat kawasan ini sebagai salah satu kawasan utama penyimpan karbon terbesar di dunia. Surga karbon lahan gambut Indonesia, hanya mampu ditandingi oleh hutan hujan tropis di Amazon yang menyimpan 86 miliar ton karbon.

Karena lahannya cukup basah dan lembab, berbagai jenis Fungi dan Lumut dapat tumbuh di lahan gambut, kita pun mudah menemui pacat. Selain itu, air yang dihasilkan oleh lahan gambut juga dapat berfungsi sebagai pencegah pencapuran air asin di irigasi pertanian.

Ingat, perubahan iklim semakin nyata dan akan terus terjadi jika Hutan Rawa Gambut kehilangan fungsi aslinya. Bila lahan gambut tersebut rusak parah, bisa dibayangkan resiko pada peningkatan emisi dan efek rumah kaca di Bumi?

TAPI SAYANGNYA, LAHAN GAMBUT KITA SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA!

Pada tahun 2019, luas lahan gambut Indonesia sebesar 13,43 juta hektar, turun 1,5 juta hektar dibandingkan tahun 2011 yakni 14,93 juta hektar. Dan yang tidak pernah saya lupakan adalah kebakaran hutan pada tahun 2015 yang menghanguskan 2,6 juta hektar lahan dengan 35 persennya (869.754 hektar) merupakan lahan gambut. Dengan total kerugian hingga Rp 220 triliun plus 500.000 orang menderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), kejadian karhutla kala itu sempat memperburuk citra Indonesia di mata dunia.

Lahan gambut memang seringkali dianggap sebagai lahan terbuang yang dapat dikeringkan dan dialihfungsikan. Anggapan ini telah menjadi salah satu penyebab utama degradasi dan alih fungsi lahan gambut, terutama akibat semakin terbatasnya ketersediaan lahan mineral.

Kebakaran Lahan Gambut
Kerusakan Ekosistem Lahan Gambut (foto: theconversation.com, kumparan.com, kaltim.idntimes.com, batamtoday.com)

Demi kepentingan pembukaan lahan untuk keperluan komersil seperti: penambangan, perkebunan sawit, mendirikan perumahan, dialih fungsikan, hingga perburuan hewan, lahan gambut sengaja dibakar agar mempercepat perluasan lahan, mencegah air masuk kembali membanjiri kawasan gambut, dan mempermudah penangkapan satwa liar. Miris bukan?

Kabar yang masih menjadi masalah dan mengecewakan lagi, bahwa Indonesia merupakan negara kedua di dunia dalam laju kepunahan fauna setelah Meksiko akibat rusaknya ekosistem alam dan berburuan hewan, ditambah Indonesia masuk dalam kategori pemasok terbesar produk satwa liar di Asia. Bahkan tingkat penyelundupan perdagangan satwa liar termasuk tertinggi ke-4 dunia, setelah perdagangan manusia, perdagangan senjata, dan perdagangan narkoba.

Siklus pengeringan lahan gambut dan asap yang dihasilkan dari kebakaran yang terus berlangsung menjadi sumber emisi karbon yang tidak akan berhenti. Faktanya praktik pembakaran satu hektar lahan gambut di wilayah tropis seperti ini, ternyata akan menghasilkan rata-rata 55 metrik ton CO2 (Karbon Dioksida/Zat Asam Arang) setiap tahun, hal tersebut sama dengan membakar lebih dari 6.000 galon bensin.

Akibatnya banyak timbul bencana seperti: banjir, kebakaran, kabut asap, pencemaran tanah, terganggunya aktivitas, mempercepat laju perubahan iklim, hingga hilangnya keanekaragaman hayati.

Bencana Banjir, Kabut Asap, Kebakran, Perubahan Iklim
Bencana Banjir, Kabut Asap, Kebakaran, Perubahan Iklim hingga Punahnya Biodiversitas

Selain mengakibatkan penurunan muka lahan gambut (subsiden tanah), lahan gambut yang terbakar juga menyebabkan kerugian komponen ekonomi, ada empat komponen biaya sebagai dampak dari kerusakan gambut tersebut, yaitu kerugian ekologis, biaya kerusakan ekonomi terdiri hilangnya umur pakai akibat kegiatan pembakaran, kerusakan tidak ternilai (inmaterial), dan biaya pemulihan.

Selain membutuhkan biaya tinggi, pemulihan gambut memerlukan waktu yang sangat lama. Artinya, selama belum terpulihkan karhutla dan asap masih menjadi ancaman serius yang dapat terakumulasi di satu waktu. Belum lagi beberapa penyakit seperti gangguan pernapasan (ISPA) hingga menyebabkan meninggal dunia. Coba deh bayangkan… resiko terkena ISPA karena karhutla ditambah kondisi pandemi COVID-19 yang belum kunjung mereda 😖⁠.

Dampak terburuk masih bisa dicegah, jika kita dan pemerintah segera beraksi serius mulai hari ini!

KINI SAATNYA, MELINDUNGI YANG MASIH TERSISA DAN MEMULIHKAN YANG RUSAK.

Pemulihan lahan gambut tentu tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Tapi, perlu dilakukan langkah yang tepat untuk sampai pada kondisi lahan gambut yang baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah RESTORASI.

Restorasi Lahan Gambut 3R
Strategi Restorasi Lahan Gambut (referensi: Badan Restorasi Gambut)

Restorasi gambut bertujuan untuk mengembalikan fungsi ekologi lahan gambut dan sejahteraan masyarakat. Upaya restorasi gambut dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pembasahan, penanaman ulang, dan merevitalisasi sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Tentunya Restorasi Gambut ini memiliki manfaat untuk: mencegah kebakaran hutan dan lahan, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan memulihkan ekosistem gambut rusak, serta meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar lahan gambut.

Kita juga bisa terus mendorong pemerintah agar semakin serius dan konsisten dalam komitmen-nya untuk perlindungan dan pengelolaan lahan gambut yang lestari.

  • Peraturan Pemerintah (PP) No. 57 tahun 2016 jo PP No. 71 tahun 2014. Perlindungan Total pada Hutan Alam, Lahan Gambut, dan Daerah Pesisir.
  • Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 tahun 2019. Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Inpres ini merupakan (perbaikan dari Inpres No. 6 tahun 2017 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut).

Bersama kita Pantau Gambut, pastikan ekosistem lahan gambut yang kita miliki ini, tetap ada dan ditumbuhi dan ditinggali oleh biodiversitas pada lahan sebenarnya. Karena pada dasarnya, melindungi lahan gambut bukanlah upaya perlindungan tumbuhan dan hewan semata, namun juga upaya memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan, dan melindungi manusia dari bencana.

Terus sebarkan kepedulian kita, konsisten menyuarakan isu lingkungan, dan bersama kita mendorong komitmen pemerintah agar perlindungan flora dan fauna beserta ekosistem termasuk statusnya merupakan hal yang sangat penting. Selain itu, ada banyak cara untuk kita saling bekerjasama dalam hal melindungi lahan gambut sekaligus menyelamatkan keanekaragaman hayati yang ada didalamnya.

Dengan menjaga lahan gambut, berarti Juga melindungi fauna yang ada didalamnya. (Dok. Pribadi)

Mencintai ragam fauna di Indonesia bukan berarti memelihara, tapi cukup dibuktikan dengan tidak menganggu ekosistemnya, selain mereka merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan seperti halnya kita (manusia) dan makhluk hidup lainnya, keberadaannya merupakan hal terpenting dan saling terhubung untuk saling menopang agar membentuk suatu keseimbangan alam.

Kita bisa memulainya dari diri sendiri, terus belajar dan membagikan yang baik, pikirkan kembali bahwa dimana lagi kita akan tinggal selain di Bumi. Tolak alih fungsi lahan yang merusak gambut kebanggaan kita ini. Yuk, bersama saling menjaga dan menyelamatkan Lahan Gambut di Indonesia.

Semoga artikel ini bermanfaat, be awesome and save nature! YUK JADI GENERASI MUDA YANG CINTA DENGAN ALAM! #EcoBloggerSquad #IndonesiaBikinBangga #UntukmuBumiku #AyoPantauGambut #PeatlandisnotWasteland

Referensi:

  • Materi Online Gathering Eco Blogger Squad “Lindungi Lahan Gambut, Lindungi Fauna Indonesia”, pada Jumat 6 Agustus 2021.
  • Pantau Gambut: https://www.pantaugambut.id/tentang-pantau-gambut
  • Video DISCOVER BORNEO – Aerial Shots Tekenang [DANAU SENTARUM NP] oleh Canopy Indonesia
  • Foto dan Infografis: Dokumen pribadi Siti Mustiani
Share this post:

23 thoughts on “Lindungi Lahan Gambut, Lindungi Fauna Indonesia

  1. Barokallah ya mbak. Banyak hal bisa dimulai dari diri sendiri, edukasinya bermanfaat banget beruntung bisa ikut acaranya dan dibagikan begini banyak yang bisa belajar membenahi diri kepada lingkungan jadinya

  2. Banyak manfaat lahan gambut buat khidupan makhluk hidup, tapi ngenes dengan pembakarannya. Sampai kapan ya terus seperti itu? Kuy kita saling dukung buat menjaganya

  3. Selama ini saya tahunya tuh lahan gambut memang bersifat secara alami mudah terbakar. Karena saya pernah tinggal di perumahan yang dekat sekali dengan lahan gambut. Dan hampir tiap tahun terjadi kebakaran lahan, entah disengaja atau tidak. Ternyata itu karena lahannya nggak dirawat ya. Padahal kalau difungsikan dengan baik malah bisa jadi ekosistem terbaik untuk flora dan fauna. Pengetahuan baru nih.

  4. Ngomongin gambut bayangan saya langsung kebakaran, asap. Ternyata gambut memiliki sisi lain yang luar biasa ya. Bahkan merupakan ekosistem yang baik untuk tumbuhan dan beberapa jenis hewan. Selama ini restorasi gambut juga masih jarang digaungkan. Jadi masyarakat awam seperti saya kalau ingat gambut ingatnya kebakaran, asap. Sangat disayangkan jika hal ini terus dibiarkan. Padahal penyebabnya karena gambut itu sendiri kurang dirawat, alias kurang perhatian.

    1. Betul sekali kak, bahkantidak perlu dirawat asal tidak diganggu saja ekosistemnya, itu sudah cukup membantu mempertahankan lahan gambut beserta keanekaragaman biodiversitas yang ada di dalamnya.

  5. Dari kecil sampai sekarang sedih jika mendengar ada kebakaran hutan di Kalimantan. Ngebayangin warga yang tinggal di sana mengalami gangguan pernapasan.

  6. Kalau saya pribadi sih sebenarnya sudah lama tahu soal gambut (maklum saya tinggal di dekat lahan gambut juga), ehehe. Tapi pengetahuan ku justru menambah lebih banyak setelah mengikuti virtual online EBS kemarin.

    Thank you kak, sudah mampir di artikel saya. Salam lestari!

  7. Jadi belajar tentang lahan gambut dan manfaatnya mbak. Memang kita seharusnya ikut menjaga lahan gambut ini agar tidak musnah karena perbuatan pihak2 yang tidak bertanggung jawab. Bila lahan gambut tetap tumbuh subur itu artinya bumi tempat kita tinggal dan menetap akan aman, namun bila populasi lahan gambut terancam itu artinya kehidupan manusia di bumi juha bakal terancam. Kalau bukan kita yang menyelamatkannya lalu siapa lagi? Yuk ah jangan abai dengan alam sekitar….

  8. kondisi lahan gambut ini tuh kaya luput dari pengetahuan masyarakat ya, mungkin karena ga familiar, tapi ternyata fungsinya penting banget buat kelangsungan ekosistem, flora, fauna juga manusia, tapi kondisinya lagi ga baik-baik aja. Harus banget sih ini terus menyebarluaskan informasi tentang kondisi lahan gambut dan gimana caranya kita bisa ikut kontribusi jaga lahan gambut Indonesia

  9. Keren banget lhoo kak infografisnyaa. Yang baca jadi ngga bosen nihh 😀
    Ngomong2 soal gambut aku baru ngeh juga lho pas sesi online gathering bareng pantaugambut kemarin. Aduh mudah2an semakin banyak blogger yang menyuarakan soal lingkungan seperti ini yaaa. Jadi masyarakat tahu dan teredukasi

  10. Banyak tahu tentang gambut dari artikel mba nih. Dan kerusakan gambut mengakibatkan emisi karbon yang ternyata untuk restorasinya membutuhkan waktu lama. Dimulai dari sendiri untuk terus mengkampanyekan kelestarian gambut agar dapat dinikmati oleh anak cucu

  11. Hmm, baru engeh daku, pernah dengar sih jangan membakar lahan gambut, karena itu susah banget buat memadamkannya. Deuh, yuk kita lestarikan keanekaragaman hayati negeri ini, karena manfaatnya yang luar biasa untuk kehidupan

  12. Ini memang perlu kesadaran buat semua masyarakat tentang pentingnya lahan gambut. Mungkin karena sebagaian besar dari kita tidak berdekatan dengan lahan gambut tersebut, jadi tidak tahu kalau ternyata banyak banget manfaatnya.

  13. Semoga para pemegang tampuk kepemimpinan di Indonesia lebih sadar akan pentingnya lahan gambut. Jutaan hektar sayang banget kalo ga dijaga baik”. Taruhannya banyak, bisa bencana alam atau punahnya flora dan fauna endemik Indonesia😭

  14. Baru tau kalo lahan gambut banyak manfaatnya. Sudah seharusnya dijaga dengan baik, demi kelangsungan makhluk hidup yang ada. BTW, bahasannya sangat lengkap sekali. Udah gitu infografisnya keren-keren.

  15. Semoga pemerintah mendengar kritikan ini. Lahan gambut di Indonesia yang hanya sekitar 13-15 persen bisa menyusut kalau pemerintah tidak mampu mengelolanya sejak sekarang. Apalagi banyak perubahan iklim yang memicu lahan makin kering dan banyak kebakaran hutan.

    Gimana satwa dan flora mau tinggal di situ? Sementara pembangunan rumah juga makin masif. Emang perlu pemimpin yang tegas melindungi kelestarian alam sih ke depan ini. Jangan cuma mengeruk untung dari masalah ekonomi.

  16. whoaa, penjelasannya lengkap dan keren betul kak. Sempet kangen pengen ke Kalimantan waktu lihat foto-foto awal. Eh tapi aku juga baru tahu kalau lahan gambut punya manfaat yang banyak banget lhoh. Semoga saja gerakan restorasi gambut bisa berjalan sukses yaa, demi melindungi satwa dan makhluk hidup di dalamnya

  17. Luar biasa potensi lahan gambut di Indonesia. Sayangnya bagi masyarakat awam pengetahuan seperti ini masih sangat kurang sehingga kami-kami ini tahunya gambut itu sumber kabut asap akibat kebakaran hutan. Edukasi seperti ini sangat bagus dan sebisa mungkin menjangkau lebih banyak kalangan.

  18. Semoga kelestarian lahan gambut di Indonesia bisa terjaga dengan baik ya kak. Buat warisan ke anak cucu kita nanti.

Leave a Reply to Alfa Kurnia Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *