Makan Bakcang di Festival Perahu Naga

端午節 selamat hari makan bakcang! 🌾🌾🌾

Sebagai anak Pontianak yang tinggal di lingkungan masyarakat Tionghoa saya sudah tidak asing dengan sajian kuliner yang namanya Bakcang, plus agenda-agenda yang mereka biasa lakukan seperti mandi tengah siang hari.

Tapi saya gak pernah hapal dengan tanggal-tanggalnya, ingatnya pas ada tetangga yang ngasi bakcang terus liatin kalender ada gambar bakcangnya (maklum di rumah saya pakai kalender kertas china sobek itu loh, yang ada gambar shio di bagian belakang😬).

Veronika Meimei Kota Pontianak 2020

Tahun 2022, acara puncak makan bakcang tepat pada tanggal 3 Juni 2022, dan lagi saya berkesempatan untuk datang langsung ke acara Duan Wu Jie (Festival Perahu Naga) atau Festival Makan Bakcang bersama Gege Meimei Kalimantan Barat dan Yayasan Bakti Suci (YBS) dengan tema “Together we share Peace“.

Acaranya dilakukan di kapal Galagerang tepatnya dari Pangkalan/Pelabuhan Senghie hingga Alun-Alun Sungai Kapuas, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.

Seperti apa festivalnya? Kamu bisa intip video reels yang baru saja saya upload di instagram.

Sebelumnya saya pernah hadir di tahun 2019 (boleh mampir lagi ya, ini link artikelnya), iyaa sudah dua tahun lalu, karena sempat ditiadakan akibat pandemi.

Duan Wu Jie (Festival Perahu Naga) dan Festival Makan Bakcang apa hubungannya?

Apa sih hubunganya perahu naga sama bakcang? Nah, ini adalah pertanyaan yang sempat ada dipikiran saya dan mungkin kamu juga, tapi saya sudah tahu jawabannya. Oohh, tentu saja akan saya bagikan di artikel ini, hehe.

Jadi, ini ada cerita sejarah dan asal usulnya loh. Buat yang belum tahu, Festival Duan Wu Jie yang selalu dirayakan setiap tahun pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek ini, merupakan sebuah tradisi yang mengajarkan sebuah kesetiaan dan pengorbanan akan sesuatu yang berharga.

Seperti apakah itu? Jadi singkatnya dulu adalah seorang partriot bernama Qu Yuan, beliau adalah seorang penasihat Raja Huai pada tahun 328-299 SM. Namun, saat itu banyak penjabat yang korupsi dan iri sama Qu Yuan, dan berusaha menyingkirkannya.

Ditambah terjadinya persekutuan Negara Chu dan Negara Qin hingga terjadi perang. Pada saat perang, Qu Yuan merasa gagal menasehati Raja Huai hingga akhirnya sang raja meninggal karena ditangkap dan dipenjara oleh tentara dari negara Qin.

Masa kedudukan raja akhirnya digantikan oleh anak tertua dari Raja Huai, yaitu Qin Xiang. Sedangkan anak yang lainnya, Zi Lian menjadi perdana menteri. Saat pergantian kedudukan, Qu Yuan diusir dari istana. Qu Yuan pun mengabdikan hidupnya kepada rakyat.

Pada tahun 278 SM, Negara Qin menguasi Ying, ibukota negara Chu. Berita ini membuat Qu Yuan sangat berduka.

Qu Yuan sangat menyesali dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan negaranya. Rasa sedih dan putus asa yang mendalam membuat Qu Yuan memutuskan untuk bunuh diri dengan menceburkan diri ke Sungai Miluo.

Mengetahui hal tersebut, banyak orang berusaha mencari jenasah Qu Yuan. Mereka memukul-mukul permukaan air untuk mengusir ikan-ikan agar tidak mengganggu jenasah Qu Yuan. Namun sayangnya, pencarian yang dilakukan tidak membuahkan hasil.

Kemudian mereka membungkus nasi dengan daun dan melemparkan ke sungai agar ikan-ikan yang ada menjadi kenyang dan tidak mengusik jenasah Qu Yuan. Demi mengenang Qu Yuan, kebiasaan yang dilakukan ini menjadi sebuah perayaan besar bagi bangsa Tiongkok dan dikenal sebagai Perayaan Perahu Naga.

Nah, sejak Dinasti Jin, tradisi makan bakcang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam Festival Duan Wu Jie.

Di Indonesia sendiri, kegiatan ini lebih sering diadakan di Kota Pontianak, karena disini ada Sungai Kapuas ditambah masyarakat Tionghoa di kota ini memang cukup banyak.

Bakcang itu halal?

Masih ada lagi nih pertanyaan tentang Festival Duan Wu tentang kue nasi berbentuk limas segitiga yang dibungkus daun bambu terus diikat tali. Yes, “halal gak?” Pertanyaan yang wajar sekali karena Chinese Food di Kota Pontianak populernya ya yang non-halal.

Bakcang Asin chaicang Vegetarian (Bawang, Jamur, dan Kacang)

Tapi tenang, untuk bakcang asin memang aslinya menggunakan potongan daging babi untuk isiannya. Nah, kalau untuk dibagikan ke masyarakat umum mereka menggantinya dengan daging ayam, telur, ebi, kacang, atau jamur.

Btwe, bakcang ini ada juga yang versi manisnya loh namanya kicang dengan ukuran lebih kecil tanpa isi, biasanya diberi tambahan gula merah sebelum dimakan.

Kicang
Pakai Gula Merah

Rasanya?

Kalau bakcang asin, menurut saya mirip seperti nasi tim tapi menggunakan beras ketan dan kecap asin, mirip lemper karena ada isian daging dan sayur namun dibungkus dengan daun bambu/daun pisang, aromanya gurih, karena ukurannya cukup besar satu buah saja bisa bikin kenyang.

Nah, yang kicang mirip dengan lupis, bentuknya sama seperti bakcang tapi lebih kecil, teksturnya kenyal legit, tentu saja manis apalagi dibalur dengan saus gula merah jadi cocok dijadikan cemilan atau makanan penutup.

Wah, ada perang bola air! 😲💦

Festival Duan Wu Jie (Festival Perahu Naga) atau Festival Makan Bakcang bersama Gege Meimei Kalimantan Barat gak sampai disitu saja, acara yang didukung oleh FOBI (Federasi Olahraga Barongsai Indonesia) Kalimantan Barat, VOIS, dan SKKB (Sahabat Karaoke Kalimantan Barat) ini dilanjutkan dengan perang bola air.

Perang bola air ini maksudnya modifikasi dari tradisi mandi di sungai pada tengah hari yang dipercaya oleh masyarakat Tionghoa agar mendatangkan keberuntungan dan kesembuhan.

Perang bola air 😂

Nah, disaat agenda ini berlangsung jangan harap kamu selalu dalam keadaan kering, karena kita tidak hanya dapat lemparan bola air baik sengaja atau tidak sengaja, tapi juga disiram air dengan ember bahkan semprotan dari selang pemadam kebakaran.

Jadi, saran saya jika kamu berencana untuk datang pastikan kamu menggunakan pakaian yang nyaman, bawa baju ganti, gunakan kamera anti air, jika perlu bawa juga dry bag untuk menyimpan barang-barang penting agar tidak basah.

Berbagi Kicang dan Souvenir 🎗️

Oh iya, Gege Meimei Kalimantan Barat juga mengajak beberapa duta yang ada di Kalimantan Barat diantaranya adalah: Bujang Dara Gawai Dayak, Bujang Dara Pontianak, Lanceng Praben, Duta Pendidikan, Duta Anti Narkoba, dan Duta Bahasa.

Mereka juga ikut berpartisipasi memeriahkan acara ini dengan membagikan 1000 kicang dan souvenir berupa gelang dan gantungan kunci (handmade) kepada masyarakat yang ada di sekitar Alun Alun Kapuas.

Gelang Souvenir Lambang Kebersamaan, Kemakmuran, dan Harapan

Apakah kamu juga penasaran untuk makan bakcang di Festival Duan Wu Jie? Atau ingin turun langsung ikutan perang air? Jika iyaa, datang lah tahun depan ke Kota Pontianak pertengahan bulan Juni.

Karena kuliner bakcang dan perang air hanya dibuat pada tanggal-tanggal tertentu saja, semakin banyak yang datang dan ikut acaranya itu artinya juga ikut menjaga tradisi.

Sampai jumpa di acara Festival Duan Wu Jie di tahun depan yeay! 祝你端午节快乐! ❤️

Share this post:

4 thoughts on “Makan Bakcang di Festival Perahu Naga

  1. Kalau di Sukabumi namanya Bacang. Bentuknya sama, isiannya paling agak beda sedikit, kayanya itu tergantung selera, ya.
    Baru tahu juga kalau Bakcang ini ada korelasinya dengan festival perahu naga dari saudara-saudara kita masyarakat Tiong Hoa. Pengetahuan baru nih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *