Remedial di Pulau Setinjan Mempawah
Perjalanan kali ini aku anggap adalah perjalanan yang aku lakukan untuk remedial, yah. Gak cuma pelajaran di sekolah, kalau gak lulus (atau karena dibawah kkm), kadang emang dalam hidup tuh juga perlu yang namanya remedi kalau ngerasa sedang gagal, terus pengen ngulang serta intropeksi diri dari beberapa hal yang mungkin perlu untuk diperbaiki, seperti lagunya Tulus-Remidi 🎵
Jadi, ini kedua kalinya aku main ke pulau terluar yang ada di Kabupaten Mempawah namanya Pulau Setinjan, artikelnya juga sudah pernah aku tulis di artikel ini. Tapi, perjalanan remidi kali ini punya kesan tersendiri, yang menurutku jauh lebih seru dan lebih bermakna.
Karena sudah pernah dibahas serta lokasinya juga sama, jadi artikel ini akan berfokus ke bagian perjuangan kami untuk sampai di pulau ini, dan moment apa saja yang bikin berbeda dengan perjalanan sebelumnya. Penasaran? Pokoknya baca artikel ini sampai habis ya!
Perjalanan aku mulai dari Pontianak, kalau biasanya motoran kali ini aku diajak barengan kak iin dan bg ridho pasangan suami istri serta satu anak perempuannya pakai mobil. Oh iya di mobil ini aku bertemu icha juga, teman sosmed yang akhirnya bertemu secara offline di perjalanan ini.
Perjalanan dari Pontianak ke Mempawah, kami tempuh sekitar 2 jam jalan santai, kali ini meeting point-nya adalah Pelabuhan Pasar Sungai Duri. Kapal nelayan yang kami booking sudah menunggu kami, oh iyaa peserta trip kali ini sebanyak 60 orang, yang dibagi 4 kapal yang masing-masingnya terdiri dari 15 orang. Aku sendiri kebagian di kapal satu bersama gunawan, radit, aldi, dan lain-lain.
Setelah beberapa menit kapal meninggalkan dermaga, sinyal pun sudah hilang tak terjangkau, tiba-tiba angin mulai kencang bahkan di sepanjang perjalanan selama tiga jam sampai pulau. Basah kuyub pakaian sudah dipasrahkan, dari kering basah sampai kering lagi saat menunggu kapal merapat ke pulau.
Hal yang tak terduga lainnya adalah ternyata saat kapal berusaha menepi ternyata air laut sedang surut 🥹 Itu membuat kami terombang-ambing di atas kapal sekitar satu jam, beberapa penumpang bahkan sampai ada yang mabuk.
Meskipun sudah ada dermaganya sekarang, tapi tetap saja perairan dangkal seperti ini mau tidak mau harus mau semua penumpang turun ke air, sambil bolak balik dan oper operan untuk menyelamatkan barang bawaan. Untung semua kompak dan tak ada yang egois.
Sampai akhirnya semua peserta menjejakan kaki di Pulau Setinjan dengan selamat, yeaayy!!
Karena sudah lewat jam makan siang, kami pun langsung bergegas untuk mencari tampat camping yang aman dan cukup dekat dengan sumber mata air bersih, mendirikan tenda, lalu masak untuk makan siang meskipun sudah hampir kesorean. Setelahnya baru deh istirahat.
Untuk aktvitas selama di Pulau Setinjan ini cukup banyak, beberapa peserta dari kami memilih berkelompok untuk menentukan aktivitas masing-masing, seperti main ke menara suar, mancing, tiduran, mencari buah kepala, snorkeling, dan lain sebagainya.
Nah, kalau aktivitas yang aku pilih aku wakilkan dari beberapa slide foto berikut ini saja ya hehe.
Angin saat itu sedang kencang-kencangnya, maklum angin bulan Juli-Agustus memang begitu. Tapi bersyukurnya langit cerah sepanjang kami di sini, berswa foto ria di bawah langit biru, dapat sunset meski cuma sebentar, duduk melingkat sambil ngobrol di bawah taburan bintang serta bulan yang terang, hingga sunrise pagi yang cantiiikk sekali.
Walaupun tidak semua moment bisa diabadikan dengan baik pakai kamera, tapi justru itulah yang kadang diperlukan. Jeda dari alat elektronik, menikmati alam hingga bercekrama tanpa sinyal, enjoy the moment 😌
Tapi tetap, sesekali foto biar artikel ini gak cuma tulisan doang isinya hehe.
Btwe, sunrise di Pulau Setinjan ini menurutku terasa cukup panjang menurutku, soalnya banyak foto dan video yang aku abadikan di sini. Bersyukurnya lagi, orang-orang yang bersamaku ini benar-benar sefrekuensi itu dalam perkontenan. Bahkan perangkat yang kami gunakan ini bisa sharing, tanpa peduli punya siapa-siapa. Jadi, moment yang didapat juga ada banyak!
Bagiku yang sedang remidi ini, selayaknya melihat matahari terbit yang sebenarnya, terbangun dari tidur lalu disambut banyak orang yang membuka tangannya untuk terus melangkah lebih tinggi dengan penuh kehangatan.
Sejenak aku lupa kalau sebelumnya aku sangat kaku, terlalu fokus dalam lingkaran kosong yang gak ada jalan keluarnya. Huhu, maafkan jadinya tulisan ini lebih kebanyakan curhat daripada cerita perjalanannya, wkwk.
Ombak-angin hari itu sepertinya juga cukup mendukung hariku, hingga laut sedikit tenang aku ajak icha untuk snorkeling. Untungnya ni anak langsung gass aja, meskipun di tengah siang bolong dan air juga keruh. Tapi setidaknya beberapa alat snorkeling yang kami bawa terpakai ya kan chaaa 😅
Karena trip kali ini dilakukan saat weekend Sabtu-Minggu alias cuma satu malam, tentu di hari Minggu kami harus pulang. Tapiii drama untuk pulang ternyata sama hal-nya saat pergi, perkara ombak yang membuat kapal yang harusnya menjemput kami terkendala, kabarnya kalau tidak bisa dijemput akan dijemput besok atau hanya satu kapal yang bisa jemput.
Diskusi peserta membuat beberapa opsi, beberapa orang yang memang urgent karena urusan kerja bisa pulang hari ini, sisanya tetap tinggal dengan catatan yang pulang hari ini harus meninggalkan logistik untuk bisa bertahan sampai besok, wkwk.
Aku pribadi sih okey saja tetap tinggal, bahkan sudah pinjam powerbank yang masih tersisa, untuk bikin konten bertahan hidup di pulau ini. Tapi ternyata gak jadi, karena ternyata 3 kapal bisa jemput juga meski menunggu sedikit sore. Akhirnya kami pun pulang semua di hari ituu 😅
Oh iyaa, belum sampai di Pelabuhan Pasar Sungai Duri aku cukup kaget karena kapal kami mutar balik, loh panik dong! Ternyata ada satu kapal lainnya tiba-tiba mogok, yaampun ada aja dramanya ya kan. Akhirnya kami pun sampai di darat menjelang magrib, dan sayonaraaaaa kami pulang ke rumah masing-masing.
Karena dari siang belum makan, kehabisan energi juga. Jadi, aku dan beberapa teman dua mobil singgah makan dulu di kuliner terminal mempawah baru lanjut lagi ke Pontianak 🙌
Oh iyaa, meskipun awal ke sini tidak begitu ada niatan ngonten karena sudah pernah sebelumnya. Tapi apa daya, teman-teman dekatku ini content creator semua rasa sayang jika tidak diolah. Hasilnya jadilah sebuah video singkat yang saya unggah di reel instagram berikut ini:
Keren kakkk… Seperti nya saya harus berguru sama kakak nii ..