Fashion Reimagined: Upcycling Waste into Wearable Art
Bentar lagi lebaran, apakah sudah memikirkan baju lebaran? Hemmm, mending nih ya kita upcycle baju-baju lama menjadi fashion baju yang terlihat baru. Bicara soal fashion, sadar gak kalau Industri fashion merupakan salah satu yang paling mencemari lingkungan dan penyumbang polusi terbesar di dunia, seperti polusi air, tanah, maupun penghasil gas emisi karbon (dalam proses produksinya) yang dapat menyebabkan climate change, kain yang membusuk akan melepaskan gas metana ke udara, yang tentunya berkontribusi besar terhadap pemanasan global. Ngeri banget kan ya?

Dengan cara tidak membeli pakaian tren (fast fashion) atau membuat mix & match pakaian bekas yang sudah lama menjadi pakaian baru. Dengan upaya ini tentunya kita dapat memperpanjang usia pakaian. Jika harus membeli yang baru, pilihlah pakaian berbahan katun organik, serat bambu, wol organik, dan rami yang dirajut, anyam, atau ditenunan.

Untuk meminimalisir sampah fashion atau sampah plastik, kita juga dapat memanfaatan hasil alam yang ramah lingkungan sekaligus produk-produk kerajinan masyarakat lokal seperti Noken, Koja, Anjat yang terbuat dari kayu pohon atau rotan. Selain tidak kalah fashionable fungsinya pun sama seperti tas pada umumnya tas ini dapat digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari untuk berbelanja di supermarket atau traveling!
Dengan membeli produk lokal selain ramah lingkungan dan bebas plastik produk seperti ini juga membantu pembangunan ekonomi masyarakat lokal, serta melahirkan wirausaha-wirausaha baru.
PS: hindari membeli produk yang terbuat dari bahan hewan, contohnya perhiasan dari kuku hewan, gading gajah berukir, karpet dari kulit hewan, souvenir dari sisik penyu/cangkang. Karena permintaan seperti ini dapat memicu terjadinya perburuan satwa liar dan berdampak pada kelestarian alam.
Bicara soal fashion juga, beberapa waktu lalu aku punya kesempatan untuk ikutan Online Gathering, bareng Eco Blogger Squad, selain punya tema menarik yaitu “Fashion Reimagined: Upcycling Waste into Wearable Art” kali ini aku juga ikutan belajar tentang tenun Dayak Iban dan juga langsung praktik untuk membuat Totebag Eco Print, ditambah lagi pembicaranya ini adalah perempuan inspiratif dari Bali dan Kalimantan. Bangga banget, mejelang Hari Perempuan Internasional bertemu lagi wanita hebat lainnya 💗
Bisa dibayangin kan mendengarkan secara langsung cerita menarik dari kak Magareta Mala, ketua Komunitas Tenun Endo Segadok, tentang budaya nenun Dayak Iban. Plus, dapet ilmu yang sangat berguna dari kak Novieta Tourisia tentang ecoprint totebag, founder Cinta Bumi Artisans, yang keren banget menyulap limbah fashion jadi karya seni dengan teknik ecoprint yang hasilnya tuh cantik banget.
Dengan memanfaatkan upcycling, kita dapat memperpanjang umur barang yang sebelumnya dianggap tidak bernilai, sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Manfaat ecoprint itu luar biasa banyak dan beragam, mencakup aspek lingkungan, ekonomi, sosial budaya, hingga kesehatan dan kesejahteraan. Ecoprint bukan hanya sekadar teknik mewarnai kain, tetapi juga gerakan gaya hidup yang lebih berkelanjutan, kreatif, dan bermakna. Dengan memilih ecoprint, kita tidak hanya menciptakan produk tekstil yang indah dan unik, tetapi juga berkontribusi positif bagi planet dan masyarakat.
Dari limbah jadi wearable art, dari DIY ecoprint totebag sampai keindahan tenun Dayak Iban, ternyata banyak banget hal keren yang bisa kita eksplorasi! Semoga lewat artikel singkat ini tidak hanya membuat kamu terinspirasi untuk membuat fashion baru dari bahan alami, tapi juga makin cinta sama alam dan budaya Indonesia.
Yuk, lestarikan tradisi, kurangi limbah, dan terus berkreasi!
#BersamaBergerakBerdaya #UntukmuBumiku #TeamUpforImpact #EcoBloggerSquad #BanggaBuatanIndonesia
DIY eco print tote bag menurutku paling menarik karenq aku senang beli tas 😀 Apalagi jika tas terbuat dari bahan alami, sampah plastik maupun sampah, itu menjadi mahakarya senin yang luar biasa. Mengurangi sampah sudah benar dengan cara ini ya. Fashion juga ga kalah hebatnya, sudah banyak dihasilkan pakaian, aksesoris dengan nilai jual tinggi terbuat dari sisa sampah. Keren!
Alhamdulillah lebaran kali ini saya dan keluarga tidak beli baju baru. Ada beberapa pakaian yg ternyata masih available dan belum dipakai sebelumnya. Selain menghemat juga ikut tren upcycle pakaian juga dong…
Sangat mencerahkan, Mbak. Sesekali saya baca tentang upcycling dan kali ini mengena sekali. Mungkin karena tertarik dengan notebooknya yang kece banget sehingga otak ikut berkelana saat membaca artikel ini
Beneran deh, sekarang tuh fast fashion makin menjadi-jadi kak. Kebayang ga tuh gimana limbahnya. Mending memanfaatkan hasil alam yang ramah lingkungan dan produkkerajinan masyarakat lokal aja. Pemanfaatan upcycling juga bisa jadi solusi mengurangi dampak negative pada lingkungan juga. Yuk terus berkreasi dengan melestarikan tradisi dan mengurangi limbah!
Nah, ini. Soal mengurangi limbah ini yang terkadang mikirnya pas sudah jadi sampah. Padahal mestinya kurangi limbah sejak sebelum bikin.
Limbah fashion memang bermasalah dan harus di daur ulang. Pembakarannya juga menghasilkan polusi asap yang bikin sesak napas.
Yuk kak kita lebih memikirkan lagi mengenai dampak lingkungan dari barang-barang yang kita beli termasuk pakaian, aku jadi harus lebih mikir lagi nih kalau beli, mending upcycle ya kak