Wanita-Wanita Menginspirasi dalam Perjalanan

Memulai pagi dengan segelas teh yang diminum di sebuah perahu kayu di Sungai Martapura, Banjarmasin. Suara wanita saut-menyaut menawarkan barang jualan yang ada di perahu nya. Dari mulai kue tradisional, secangkir kopi sampai perahu yang penuh sesak dengan buah-buahan.

Sejumlah perahu mondar mandir sambil berjualan yang membuat Pasar Lok Baintan disebut sebagai Pasar Terapung. Karena Para pedagang nya tidak menggunakan lahan tanah untuk berdagang melainkan sungai lah yang menjadi lahan mereka. Dahulu, para pedagang di Pasar Terapung saling melakukan transaksi barter atau kalau memang ada pembeli yang membutuhkan sesuatu, pembeli pun harus mengendarai perahu untuk transaksi. Seorang ibu menawarkan saya untuk naik ke perahu nya.

Acil di Pasar Terapung Lok Baintan, Banjarmasin

“dek, sini ikut ibu ke perahu, kita berjualan keliling sungai’’

Bu Hana menawarkan saya untuk mencoba jeruk khas Banjarmasin yang sudah pasti manis walaupun warna kulit nya hijau. Sambil mengunyah jeruk yang memang sangat manis, saya bertanya kenapa yang berjualan wanita semua bu ? Karena bapak-bapaknya yang bertani, jadi yang wanita bagi tugas berjualan.

Mendengar jawaban itu, saya tersentuh.  Teringat sebuah pesan dari ibu, bahwa tidak ada alasan untuk wanita tidak menjadi mandiri. Dengan tidak menggantungkan hidup pada orang dan percaya pada kemampuan diri sendiri adalah sifat asli wanita sesungguhnya. Ibu saya juga pernah bilang kalau wanita adalah makhluk terhebat karena bisa melakukan banyak hal dan multi tasking di waktu bersamaan. Seharusnya, wanita memiliki bakat untuk menjadi sangat kreatif, namun banyak pertimbangan di zaman sekarang yang membuat para wanita kreatif menjadi seperti dalam sangkar.

Jualan di Pasar Terapung

Tidak sadar senyum saya semakin lebar saat menjawab pertanyaan berapa harga jeruk satu keranjang ‘’50 ribu satu keranjang’’. Selebar senyum Bu Hana yang berjualan sangat tulus. Lahir dan dibesarkan di lingkungan dan kebiasaan bahwa wanita seharusnya tinggal di rumah jujur menjadi beban untuk saya. Setiap saat, ketika mendengar kalimat ini, ingin rasanya memberontak, di sisi lain, jiwa wanita saya mengiyakan bahwa sudah seharusnya wanita lah yang mengurus rumah tangga. Namun menurut saya, paradigma seperti ini sangat disayangkan karena membuat para ibu-ibu rumahan menjadi clueless di rumah dan bosan sehingga otak wanita yang seharusnya kreatif menjadi tidak berkembang.

Wanita Hebat di Pasar Terapung Lok Baintan

Sosok wanita hebat yang saya temukan dalam perjalanan lain adalah ketika mengunjungi Kampung Berseri Astra Syamsudin Noor, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kedatangan saya disambut oleh ibu-ibu yang membawa piring-piring berisi snack. “Silahkan dicoba mbak, ini snack khas Kalimantan Selatan buatan ibu-ibu di Kampung Berseri Astra Syamsudin Noor’’. Ada berbagai macam snack yang disajikan dari mulai stik ubi, kacang, keripik singkong coklat dan lain-lain. Ibu-ibu ini tergabung dalam UMKM Kampung Berseri Astra Syamsudin Noor’ yang diinisiasi oleh Astra dalam program kontribusi sosial dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, dan Kewirausahaan.

Kampung Berseri Astra Syamsudin Noor diajak berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang berseri (bersih, sehat, cerdas, dan produktif) sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra.

Ibu-ibu diberikan pelatihan untuk bisa tetap aktif dan melakukan kegiatan yang menghasilkan meskipun di rumah. Kalau dilihat snack-snack khas Kalsel yang dihasilkan oleh UMKM Kampung Berseri Astra Syamsudin Noor terlihat sangat rapi. Ini karena, dari pihak Astra juga mengadakan pelatihan untuk membuat produk yang siap jual termasuk, pelatihan pembuatan packaging Kampung Berseri Astra dan Pembuatan izin PIRT dan halal produk Kampung Berseri Astra.

Saya juga berkeliling untuk melihat dapur langsung pembuatan snack-snack khas Kalimantan Selatan ini. Menariknya, semua diproduksi secara homemade dan tidak menggunakan mesin. Salah satu favorit saya adalah kripik stik ubi, yang ternyata hanya bisa menggunakan bahan dasar ubi ungu. Warna ungu yang dihasilkan adalah murni dari ubi nya jad tidak menggunakan pewarna buatan. Para ibu bilang, merasa sangat terbantu dengan adanya program Kampung Berseri Astra, karena sudah membukakan pikiran mereka bahwa walaupun di rumah, mereka juga bisa tetap produktif. Snack-snack ini dijual ke pusat oleh-oleh dan juga menerima pesanan jika ada yang membutuhkan untuk event.

Lingkungan Kampung Berseri Astra sudah 2 tahun berturut-turut menjadi juara 1 Lomba Lingkungan Bersih dan Sehat tingkat Provinsi Kalimantan Selatan. Ketika berkeliling, lingkungan Kampung terlihat hijau karena banyak tanaman-tanaman rindang yang membuatnya menjadi asri.

Kemudian, ada juga Bank Sampah yang digunakan sesuai fungsinya. Sampah – sampah yang bisa didaur ulang dikumpulkan dan dijadikan suatu karya seperti taplak meja dari sedotan. Bukan hanya Kewirausahaan dan Lingkungan saja, tapi juga dari segi Pendidikan dengan Pemberian edukasi rambu lalu lintas dan kebersihan gigi untuk anak-anak KBA, kesehatan dengan bantuan prasarana Posyandu dan lain-lain yang bisa mendukung kegiatan Kampung Berseri Astra menjadi lebih berwarna dan aktif.

Dengan adanya program ini, semoga akan terus muncul wanita-wanita mandiri lain seperti Bu Hana dan para ibu-ibu UMKM Kampung Berseri Astra Syamsudin Noor yang mau menggali potensi dirinya untuk tetap menjadi wanita produktif dan memajukan industri rumahan.

Share this post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *